Liputan6.com, Jakarta - Pemulihan ekonomi Indonesia masih terus berlangsung sejalan dengan perbaikan ekonomi global. Geliat ekonomi yang terjadi di negara-negara maju termasuk Amerika Serikat (AS), Eropa dan Cina memberi dampak positif terhadap peningkatan harga komoditas global, sehingga kinerja perdagangan Indonesia mendapat berkah tersendiri.
PT Bahana Sekuritas pun memperkirakan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II akan tumbuh sekitar 5,13 persen, lebih baik dari pencapaian pada kuartal I yang tumbuh sebesar 5,01 persen.
Namun pertumbuhan pada kuartal II tahun ini sedikit lebih rendah dari perkiraan semula yang diperkirakan mampu tumbuh sekitar 5,2 persen.
Advertisement
Ekonom PT Bahana Sekuritas Fakhrul Fulvian menuturkan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal dua tahun ini terutama ditopang oleh perbaikan kinerja perdagangan terutama peningkatan ekspor yang lebih tinggi dibanding peningkatan impor, di tengah-tengah melambatnya konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah yang masih tertunda.
Baca Juga
Data dari Badan Pusat Statistik memperlihatkan total ekspor pada semester satu tumbuh 14,03 persen dibanding periode sama tahun lalu menjadi US$ 79,96 miliar sedangkan impor tumbuh 9,6 persen menjadi US$ 72,33 miliar.
Jadi pada semester I 2017, surplus neraca perdagangan Indonesia melesat 84,7 persen dibanding semester I tahun lalu menjadi US$ 7,63 miliar.
Sementara itu, data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM mencatat pertumbuhan investasi pada kuartal II tahun ini tumbuh 12,7 persen secara tahunan menjadi Rp 170,9 triliun.
Investasi asing tumbuh 10,6 persen dibanding periode sama tahun lalu menjadi Rp 109,9 triliun, sedangkan investasi domestik tumbuh 16,9 persen menjadi Rp 61 triliun. Secara keseluruhan pada semester pertama tahun ini total investasi tumbuh 12,9 persen secara tahunan menjadi Rp 336,7 triliun.
Pencapaian ini baru 49,6 persen dari target investasi sepanjang tahun ini yang ditargetkan mencapai Rp 678,8 triliun.
"Hingga semester pertama tahun ini, belanja pemerintah belum memperlihatkan kinerja yang optimal untuk menggerakkan perekonomian, namun pada semester dua, pemerintah kelihatannya akan menggenjot belanja sehingga perkiraan ekonomi tumbuh 5,3 persen sepanjang tahun ini mungkin tercapai," ungkap Fakhrul, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (6/8/2017).
Bila belanja pemerintah khususnya untuk infrastruktur bisa digenjot pada sisa tahun ini, multiplier effect-nya terhadap perekonomian akan sangat besar, ungkap Fakhrul
PT Bahana Sekuritas menilai konsumsi rumah tangga masih akan memberikan kontribusi besar terhadap geliat ekonomi Indonesia. Meskipun kenaikan upah minimum regional (UMR) di hampir seluruh provinsi di Indonesia rata-rata tumbuh sekitar 8 persen dibanding tahun sebelumnya, memang lebih kecil dibandingkan kenaikan UMR tahun lalu, namun tahun ini pemerintah sudah mengatur harga 9 bahan pokok.
Kebijakan ini membantu daya beli masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Pemerintah juga sudah memastikan tidak ada kenaikan harga bahan bakar minyak subsidi dalam tahun ini, sehingga ke depan tekanan terhadap daya beli masyarakat semakin minimal.
Bila secara domestik tidak ada tekanan kenaikan harga dan tingkat suku bunga dipertahankan seperti saat ini, sedangkan harga komoditas di pasar global terus membaik, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik pada sisa tahun ini.
Â
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:
Â