Dampak Badai Harvey Tak Ganggu Infrastruktur, Harga Minyak Naik

Beberapa kilang utama yang mengubah minyak mentah ke produk olahan seperti bensin dan avtur secara bertahap melanjutkan proses operasi.

oleh Arthur Gideon diperbarui 05 Sep 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2017, 06:00 WIB
Harga minyak berjangka AS menguat 8 sen ke level US$ 47,37 per barel seiring pulihnya permintaan di AS.
Harga minyak berjangka AS menguat 8 sen ke level US$ 47,37 per barel seiring pulihnya permintaan di AS.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah AS naik tipis pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Kekhawatiran akan ancaman Badai Harvey telah mereda sehingga aktivitas kilang pengolahan minyak mulai berjalan lagi.

Mengutip Reuters, Selasa (5/9/2017), harga minyak berjangka AS menguat 8 sen ke level US$ 47,37 per barel seiring pulihnya permintaan di AS usai beberapa kilang mengurangi aktivitas akibat Badai Harvey.

Harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan dunia, turun 41 sen menjadi US$ 52,34 per barel. Penurunan ini terjadi karena sebagian besar pelaku pasar memindahkan portofolio ke instrumen yang aman seperti emas usai uji coba nuklir Korea Utara.

Kerusakan infrastruktur minyak di Gulf Coast sepetinya tidak sebesar yang diperkirakan aau dikhawatirkan oleh pelaku pasar. Oleh sebab itu, pemulihan aktivitas pengolahan minyak pun mulai berangsur pulih.

Beberapa kilang utama yang mengubah minyak mentah ke produk olahan seperti bensin dan avtur secara bertahap melanjutkan proses operasi pada Senin. Colonial Pipeline, sistem penyaluran bahan bakar di AS juga telah memulai kembali penyaluran minyak dari Texas ke New Jersey.

"Gangguan Badai Harvey di Teluk AS sepertinya telah usai. Sejauh ini industri energi sepertinya terhindar dari kerusakan yang besar pada jaringan infrastruktur," jelas analis JBC Energy dalam catatannya kepada para klien.

"Namun untuk beberapa kilang di daerah Houston memang kemungkinan masih akan belum beroperasi dalam waktu dekat ini," tulis catatan tersebut.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

Korea Utara

Di luar soal Badai Harvey, para pedagang juga sedang mengamati aktivitas Korea Utara. Beberapa pelaku pasar cemas terhadap uji coba nuklir yang keenam yang dijalankan oleh negara tersebut. Uji coba yang terakhir merupakan yang terkuat.

Pihak Pyongyang mengatakan telah berhsil menguji sebuah bon hidrogen yang canggih untuk rual jarak jauh. Pernyataan tersebut mendorong pihak AS dan sekutunya untuk memberikan respons militer juga.

Korea Selatan mengatakan ada indikasi bahwa Korea Utara tengah mempersiapkan lebih banyak uji coba rudal. Diduga, yang berikutnya adalah sebuah uji coba rudal balistik antarbenua.

Di hadapan parlemen, pejabat Kementerian Pertahanan Korsel Chang Kyung-soo mengatakan, "Kami melihat tanda-tanda persiapan peluncuran rudal balistik yang lebih banyak. Kami juga memprediksi Korea Utara dapat menembakkan sebuah rudal balistik antarbenua."

Pihak Kementerian Pertahanan Korsel pun menyampaikan bahwa Amerika Serikat akan menempatkan sebuah kapal induk bertenaga nuklir di Semenanjung Korea. Sementara, kekuatan sistem pertahanan rudal buatan AS, THAAD, yang berada di Seongju, sebelah selatan Seoul juga akan ditingkatkan.

Selain itu, Korsel juga akan meluncurkan lebih banyak rudal dalam bulan ini, termasuk jenis Taurus, sebuah rudal jelajah udara ke darat yang dipasang pada jet F-15.

Merespons uji coba nuklir Korut, Korsel sendiri telah melakukan latihan militer yang menyimulasikan penargetan situs nuklir Punggye-ri di Kilju. Di sanalah Korut melakukan uji coba nuklir berupa bom hidrogen.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya