Liputan6.com, Majalengka - PT Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati Majalengka mendapatkan pembiayaan proyek tahap dua sebesar Rp 400 miliar. Dana tersebut berasal dari sindikasi tujuh Bank Syariah.
Ketujuh bank tersebut, yakni Bank Jateng Syariah selaku lead sindikasi, Bank Sumut Syariah, Bank Jambi Syariah, Bank Jabar Syariah, Bank Kalsel Syariah, Bank Kalbar Syariah, dan Bank Sulselbar Syariah.
Baca Juga
"Sebelumnya telah disepakati bahwa sindikasi perbankan syariah akan membiayai proyek PT BIJB sebesar Rp 906 miliar," kata Dirut BIJB Virda Dimas Ekaputra di Majalengka, Rabu (27/9/2017).
Pencairan tahap satu sebesar Rp 250 miliar sebelumnya telah diterima PT BIJB. Dana ini digunakan untuk pembangunan sisi darat bandar udara internasional.
Sementara pencairan pembiayaan saat ini, yang merupakan tahap kedua juga untuk melanjutkan pembangunan sisi darat. Oleh karena itu, total pembiayaan yang dikucurkan mencapai Rp 906 miliar dan sudah terserap Rp 650 miliar. Sementara sisa plafon sebesar Rp 256 miliar direncanakan cair pada akhir tahun.
Dia menjelaskan, dalam skema pendanaan pembangunan sisi darat, PT BIJB menggandeng PT SMI (Sarana Multi Infrastruktur) sebagai financial advisor dan dihasilkan skema pembiayaan yang terdiri dari 70 persen equity dan 30 persen pinjaman.
"Pembiayaan melalui sindikasi perbankan syariah ini adalah dalam rangka memenuhi 30 persen porsi dari loan. Sedangkan 70 persen equity akan dipenuhi para pemegang saham sekarang dan calon pemegang saham baru di mana salah satunya adalah melalui RDPT equity," tutur Virda.
Sarana dan Prasarana Bandara
Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar, mengungkapkan sejumlah sarana dan prasarana penunjang harus segera dibangun, seperti landasan sepanjang 3 ribu meter. Sarana dan prasarana itu dibangun agar Bandara Kertajati bisa menjadi lokasi pemberangkatan jemaah haji tahun 2018.
Selain itu, kata dia, pembebasan lahan hingga 3.500 meter juga harus dilakukan agar airbus A380 bisa mendarat di bandara tersebut.
Sarana dan prasarana lainnya yang harus juga diselesaikan adalah akses jalan tol dari Tol Cipali menuju bandara. “Ini uangnya sudah ada, pembangunan sudah ada, pembebasan tanahnya di provinsi juga sudah ada, tinggal peran bupati,” kata Deddy.
Menurut dia, jika akses tol ke bandara tidak bisa dikerjakan tahun depan, kemungkinan akan terjadi kemacetan luar biasa. Sementara akses penunjang lain yang menjadi andalan, yakni Tol Cisumdawu, sedang terlambat pembangunannya. “Cisumdawu terlambat karena pembebasan tanah,” kata Deddy.
Total dana untuk pembangunan Tol Cisumdawu, yaitu sebesar Rp 19 triliun. Jika Tol Cisumdawu belum terintegrasi dengan Tol Cipali, diminta segera terintegrasi.
Selain itu, akses ke Garut selatan juga akan dibuka dengan adanya Tol Cigatos, Cileunyi-Tasikmalaya-Ciamis, dan Banjar. Oleh karena itu, akses ke Jabar selatan menjadi lebih cepat dan lebih mudah. “Pertumbuhan ekonomi bisa lebih cepat pula,” kata Deddy.
Dia menyebutkan, setiap tahun, ada 38 ribu anggota jemaah haji dari Jawa Barat khususnya untuk Jawa Barat bagian timur. “Walaupun tidak semuanya, minimal sudah ada yang berangkat dari sini tahun depan,” kata Deddy.
Tidak itu saja, jemaah haji dari Jawa Tengah bagian barat seperti Tegal dan Brebes menurut Deddy juga bisa berangkat melalui Bandara Kertajati, yang lebih dekat daripada ke Yogyakarta. (Panji Prayitno)
Advertisement
Lanjutkan Membaca ↓