Platform Ini Mudahkan Kaum Milenial untuk Beli Rumah

Kaum milenial kerap dihubungkan dengan golongan masyarakat yang sulit memiliki hunian.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 09 Nov 2017, 18:45 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2017, 18:45 WIB
rumah murah bogor
Beli Rumah Murah

Liputan6.com, Jakarta - Kaum milenial kerap dihubungkan dengan golongan masyarakat yang sulit memiliki hunian. Pasalnya, milenial cenderung lebih suka menghabiskan uangnya untuk berlibur.

Melihat kondisi itu, platform digital Rumah123.com menggelar acara bertajuk Festival Properti Indonesia (FPI). Acara ini akan berlangsung di Mall Kota Kasablanka Jakarta pada 14-19 November 2017.

Country General Manager Rumah123 Ignatius Untung mengatakan, tingkah laku milenial berbeda dengan generasi sebelumnya. Jika generasi sebelumnya lebih suka memiliki barang, milenial lebih mengutamakan pengalaman (experience).

Untuk hunian pun, milenial cenderung menyewa seperti indekos ketimbang membeli properti.

"Makanya kita carikan pengembang harganya yang cicilannya tidak beda jauh dari kos," kata dia di JW Marriott Jakarta, Kamis (9/11/2017).

Dalam acara ini, Rumah123 menggandeng sekitar 52 pengembang. Hunian yang ditawarkan mulai dari harga Rp 250 juta.

Ignatius menambahkan, untuk memberi akses milenial membeli rumah, pada acara ini tersedial pula undian dalam bentuk voucher liburan.

"Anak-anak sekarang suka jalan-jalan. Kita bikinin kalau beli properti di FPI, nanti kita kasih voucher untuk jalan-jalan. Uang jalan-jalannya buat aja kasih booking fee," ujar dia.

Sebagai tambahan, Rumah123.com juga menggandeng PT Bank Mandiri Tbk dalam acara ini. Dalam acara ini, Bank Mandiri memberi kemudahan berupa bunga kredit 5,9 persen tetap dalam satu tahun dan 6,35 persen untuk dua tahun berikutnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Takut beli rumah

Sebelumnya, generasi muda yang lahir pada rentang waktu 1980 hingga awal 2000 atau dikenal dengan generasi milenial akan semakin sulit membeli atau menyicil rumah khususnya di wilayah perkotaan. Hal ini karena kenaikan pendapatan tidak sebanding dengan kenaikan harga tahan.

"Generasi milenial itu tidak bisa membeli atau cicil rumah di dalam kota‎," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution di Kantornya, Kamis (2/2/2017).

Dia mengungkapkan, hal ini karena kenaikan pendapatan dari generasi tersebut tidak mampu mengimbangi kenaikan harga tanah yang berimbas pada harga rumah. Kenaikan pendapatan diperkirakan hanya sebesar 10 persen per tahun. ‎Sedangkan kenaikan harga tanah mencapai 20 persen per tahun.

"Karena dari hitung-hitungan kita gaji paling tinggi naik 10 persen per tahun. Harga tanah naik 15 persen-20 persen. Jadi dalam beberapa tahun pasti akan ketinggalan," kata dia.

Menurut Darmin, persoalan kebutuhan akan lahan ini bukan hanya menjadi masalah para petani, tetapi juga masalah bagi masyarakat di perkotaan. Terlebih lagi harga tanah di wilayah perkotaan cepat mengalami kenaikan.

"Memang petani sangat penting tapi masyarakat perkotaan juga tidak kurang tergantungnya pada lahan, walau lahannya tidak besar-besar," tandas dia.

Sebelumnya pada 14 Desember 2016, CEO Karir.com Dino Martin mengatakan, kenaikan gaji yang pekerja dapatkan setiap tahun tidak mampu mengimbangi kenaikan harga rumah per tahunnya. Jika rata-rata kenaikan gaji pekerja hanya berkisar 10 persen, maka kenaikan harga rumah minimal 20 persen per tahun.

"Kenaikan gaji itu 10 persen-12 persen, sementara kenaikan harga rumah 20 persen, itu paling minimal," ujar dia di Jakarta, Rabu (14/12/2016).

Sementara itu, Country General Manager Rumah123.com Ignatius Untung mengatakan, harga rumah di Jakarta diprediksi naik hingga 150 persen dalam 5 tahun mendatang. Sebab itu sangat penting untuk membeli hunian secepat mungkin mengingat kenaikan h‎arga properti terus terjadi setiap tahun.

"Dengan estimasi kenaikan harga rumah 20 persen per tahun, harga rumah yang saat ini Rp 300 juta akan menjadi Rp 750 juta. Bandingkan dengan kisaran penghasilan pekerja dalam lima tahun‎, dengan prediksi kenaikan 10 persen, maka penghasilan pada 2021 berada di angka Rp 12 juta," jelas dia.

Dengan penghasilan sebesar Rp 12 juta per bulan, lanjut Untung, pekerja tidak lagi mampu membeli rumah yang sebenarnya terjangkau pada saat ini. Pasalnya, saat harga rumah mencapai Rp 750 juta, cicilan yang harus dibayarkan adalah Rp 5,6 juta.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya