Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencoba menginisiasi peningkatan peran Indonesia di Selat Malaka yang menjadi jalur perdagangan internasional. Salah satu yang direncanakan, BUMN bisa memasok BBM kapal-kapal yang melintas di Selat Malaka.
Deputi Bidang Usaha Konstruksi, Sarana dan Prasarana Perhubungan Ahmad Bambang mengatakan untuk merealisasikan itu, nantinya bisa saling kerja sama antara PT Pertamina (Persero) dengan PT Pelabuhan Indonesia I (Persero).
Baca Juga
"Jadi konsumsi BBM kapal-kapal besar di sana itu mencapai 62 juta Kilo Liter (KL). Itu potensi besar yang seharusnya bisa kita ambil yang selama ini dinikmati negara tetangga," kata Ahmad Bambang di Kementerian BUMN, Rabu (29/11/2017).
Advertisement
Kerja sama bisa dilakukan dengan PT Pelindo I (Persero) karena kini sudah menjadi pemain di Selat Malaka seagai jasa pemanduan kapal.
Bambang menuturkan, sebenarnya Pertamina dulu pernah mencoba masuk ke pasar BBM kapal-kapal di Selat Malaka tersebut, sayangnya kalah bersaing. Hal ini karena adanya pengenaan beberapa pajak yang menjadikan BBM dari Pertamina tidak kompetitif.
Oleh karena itu, Ahad Bambang mengusulkan untuk membuat perusahaan pemasaran baru antara Pertamina dan Pelindo I yang berkantor di Singapura. Dengan begitu maka produk Indonesia akan lebih kompetitif.
"Jadi ini bentuk inovasi untuk memperkuat posisi Indonesia di Selat Malaka saja, karena itu bagian dari Indonesia juga," ujar dia. (Yas)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pertamina dan Rosneft Bentuk Perusahaan Patungan
Sebelumnya Anak usaha PT Pertamina (Persero) yakni PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) dan perusahaan migas Rusia, Rosneft Oil Company melalui afiliasinya Petrol Complex Pte Ltd menandatangani akta pendirian perusahaan patungan dengan nama PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP).
Perusahaan patungan ini akan membangun dan mengoperasikan kilang minyak baru yang terintegrasi dengan kompleks petrokimia (New Grass Root Refinery and Petrochemial/NGRR) di Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Direktur KPI Achmad Fathoni Mahmud mengatakan, pembangunan NGRR Tuban yang direncanakan berkapasitas 300 ribu barel per hari dengan total nilai investasi US$ 15 miliar. Pertamina dan Rosneft sudah menyepakati komposisi saham perusahaan patungan PRPP dengan komposisi sebesar 55 persen saham untuk Pertamina dan sisanya 45 persen untuk Rosneft.
Dia menuturkan, proyek NGRR Tuban akan memberikan manfaat besar baik ekonomi maupun sosial bagi bangsa dan negara ke depan.
"Proyek ini akan meningkatkan kemandirian dan ketahanan energi dengan meningkatkan produksi bahan bakar minyak nasional yang berkualitas Euro V. Kilang juga akan menghasilkan produk baru petrokimia," kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (28/11/2017).
Achmad Fathoni menambahkan, pembangunan megaproyek NGRR Tuban akan menciptakan lapangan kerja. Adapun perkiraannya sebanyak 20.000-40.000 tenaga kerja saat proyek dan sekitar 2.000 orang setelah beroperasi.
Advertisement