Permintaan Terus Naik, Harga Minyak Dekati Level Tertinggi

Harga minyak mentah berjangka AS atau West Texas Intermediate (WTI) naik 20 sen menjadi US$ 59,84 per barel.

oleh Arthur Gideon diperbarui 29 Des 2017, 06:03 WIB
Diterbitkan 29 Des 2017, 06:03 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mendekati level tertinggi dalam dua setengah tahun pada penutupan perdagangan Kamis. kenaikan harga minyak ini karena data permintaan di AS yang kuat dan juga impor China yang diperkirakan bakal melonjak.

Mengutip Reuters, Jumat (29/12/2017), harga minyak mentah berjangka AS atau West Texas Intermediate (WTI) naik 20 sen menjadi US$ 59,84 per barel. Sedangkan untuk harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan dunia naik 28 sen menjadi US$ 66,72 per barel.

Pekan ini, harga minyak WTI menembus di atas US$ 60 per barel untuk pertama kalinya sejak Juni 2015. Sementara Brent menembus US$ 67 untuk pertama kalinya sejak Mei 2015.

Departemen Energi AS menyatakan bahwa stok minyak mentah AS tuurn 4,6 juta barel dalam minggu terakhir. Persediaan di luar cadangan strategis nasional telah menurun lebih dari 11 persen dibanding tahun lalu.

Selain itu, kenaikan harga minyak juga didorong oleh kuota impor China yang diperkirakan akan naik pada 2018. Hal tersebut melihat dari persediaan minyaik mentah China yang mencapai titik terendah dalam tujuh tahun terakhir pada November kemarin.

"Di minggu lalu permintaan minyak yang kuat di AS dan China mendorong peningkatan harga minyak mentah," jelas executive vice president Powerhouse di Washington, David Thompson.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Gangguan Pasokan

Ilustrasi Harga Minyak
Ilustrasi Harga Minyak

 

Pada hari Selasa, Libya kehilangan sekitar 90.000 barel per hari (bpd) pasokan minyak mentah setelah pipa terjadi ledakan pipa. Perbaikan bisa memakan waktu seminggu namun tidak akan berdampak besar pada ekspor, menurut kepala perusahaan minyak negara Libya NOC.

Analis RBC Capital Markets Helima Croft mengatakan dalam sebuah catatannya, kerusuhan politik menjelang pemilihan nasional selanjutnya dapat mengurangi produksi Libya dalam beberapa bulan mendatang.

Gangguan pasokan lainnya dalam beberapa pekan terakhir termasuk penutupan jaringan pipa terbesar di Inggris. 

Meski penurunan dari Libya hanya berjumlah sekitar 500.000 bpd, relatif kecil di pasar global sekitar 100 juta bpd.

Pasar minyak telah diperketat seiring pembatasan pasokan yang dipimpin Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan non-OPEC Rusia. Data dari Administrasi Informasi Energi AS menunjukkan pasar minyak global berangsur-angsur terealisasi pada 2016 dan mulai menunjukkan defisit pasokan sedikit tahun ini.

Di sisi lain, membatasi upaya OPEC dan Rusia untuk menopang harga, produksi minyak AS telah melonjak lebih dari 16 persen sejak pertengahan 2016 yang mendekati 10 juta bpd.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya