Jokowi: RI dalam Kondisi Baik buat Gaet Investasi dan Perdagangan

Indonesia telah mendapatkan kenaikan peringkat dalam hal kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business (EoDB).

oleh Septian Deny diperbarui 05 Jan 2018, 16:00 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2018, 16:00 WIB
Presiden Jokowi Pimpin Ratas Persiapan Natal dan Tahun Baru
Presiden Joko Widodo berisap mengikuti rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (18/12). Dalam ratas tersebut Jokowi membahas persiapan Natal dan Tahun Baru. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para menterinya untuk fokus meningkatkan perdagangan dan investasi. Sebab, saat ini Indonesia berada dalam kondisi yang baik untuk bisa mendorong peningkatan kedua hal tersebut.

Jokowi mengungkapkan, Indonesia telah mendapatkan kenaikan peringkat dalam hal kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business (EoDB). Selain itu, Fitch Rating juga memberikan peringkat BBB untuk risiko utang Indonesia.

‎"Saya kira, kita tahu semuanya bahwa kepercayaan internasional terhadap‎ pengelolaan ekonomi kita semakin baik semakin meningkat, ditunjukkan dengan peringkat EoDB pada 2014, itu seingat saya 120, sekarang sudah meloncat ke angka 72. Ini loncatan yang sangat besar sekali," ujar dia di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (5/1/2018).

Hal ini, ucap Jokowi, seharusnya bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan investasi dan perdagangan Indonesia di segala bidang, seperti industri, ESDM, kesehatan, pendidikan, industri pertahanan, pertanian, serta kelautan dan perikanan.

"Oleh sebab itu sekali lagi, saya ingin lebih fokus dan konsentrasi lagi pada yang namanya investasi, dan yang kedua yang namanya ekspor atau perdagangan luar negeri. Semuanya harus satu garis satu arah, sehingga problem-problem yang dihadapi di lapangan itu betul-betul bisa kita tangani dengan baik," dia menambahkan.

Menurut Jokowi, jika diibaratkan manusia, Indonesia bukan seperti orang yang sakit. Sebab, dengan semua hal yang didapat Indonesia saat ini, maka anatomi badan Indonesia dalam keadaan yang sangat sehat.

"Kemarin juga sudah saya sampaikan bahwa kita ini kalau diibaratkan orang sakit, kita ini baik. Semuanya kolesterol baik, jantung baik, paru-paru baik, darah tinggi juga enggak ada, tapi kalau enggak bisa lari cepat. Problem-nya harus dicari. Enggak perlu obat, tapi problem-nya harus dicari di sebelah mana. Tadi sudah saya sampaikan EoDB loncat bagus, indeks harga saham loncat bagus, inflasi rendah, APBN kondisinya baik, rating memberikan kepercayaan semuanya," ucap dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

JK: Indikator Baik, Kenapa Ekonomi RI Tak Tumbuh Kencang?

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mempertanyakan pertumbuhan ekonomi yang tidak melaju kencang. Padahal, semua indikator ekonomi relatif positif.

JK mengatakan, semua indikator ekonomi terlihat positif. Hal itu terlihat dari inflasi yang rendah, utang yang terjaga, dan harga komoditas yang baik.

"Harga komoditas yang dulu selalu kita kambinghitamkan dalam ekonomi itu, sekarang sudah baik. Jadi, sekarang kita tidak bisa kambinghitamkan harga komoditas," kata JK di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (2/1/2018).

Bahkan, JK berkeyakinan tahun politik pun tak mempengaruhi perekonomian. Lantaran, kampanye yang terjadi saat ini tidak dilakukan dengan mengumpulkan massa, melainkan dengan kampanye di media sosial.

"Orang selalu mengatakan nanti tahun depan tahun politik, tidak ada bukti selama tiga kali tahun politik ada kerusuhan, tidak ada sama sekali. Itu hanya pikiran-pikiran masa lalu, karena kampanye sudah berbeda. Dulu kumpulkan massa, benturan. Sekarang kampanye di maya udara, di media sosial, kampanyenya jadi berbeda sekali," jelasnya.

Dengan kondisi tersebut, JK mengatakan akan mencari jalan keluarnya. JK menduga ada beberapa kemungkinan, di antaranya ada anomali atau masalah pencatatan data.

"Faktor ekonomi kita seperti yang saya gambarkan tadi indikatornya positif. Kita tadi berdiskusi, masalah anomalikah atau masalah pencatatan. Jadi, mungkin nanti kita akan berdiskusi panjang dengan BPS. Sebenarnya tingkat cara menghitung. Kenapa negara lain bisa lebih tinggi dari kita, padahal indikator dalam negeri kita semuanya dalam kondisi positif untuk suatu perubahan ekonomi," ujar dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya