Liputan6.com, Washington Badai Harvey, Irma, Maria serta kebakaran hutan yang dialami Amerika Serikat (AS) pada 2017 menggerus kondisi finansial negara ini. National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mengungkap, bencana alam yang terjadi di AS pada 2017 menyebabkan kerugian hingga US$ 306 miliar atau Rp 4.108 triliun.
Kerugian yang sangat besar ini pun akhirnya menjadikan 2017 sebagai tahun termahal bagi Amerika Serikat dalam menghadapi bencana alam. Jika ditelisik lebih lanjut, ada 16 bencana yang memiliki kerugian masing-masing hingga US$ 1 miliar.
Advertisement
Baca Juga
"2017 merupakan tahun bersejarah bagi bencana alam dengan kerugian miliaran dolla," tutur Ekonom dari NOAA Adam Smith seperti dilansir dari Washingtonpost, Rabu (10/1/2018).
Pecahnya rekor kerugian bencana alam ini pun meningkatkan kekhawatiran masyarkat akan semakin terasanya efek perubahan iklim. Jika tidak segera dibenahi, perubahan iklim ini bukan tidak mungkin memberikan efek lebih masif.
Badai Harvey yang melanda daerah Houston, Texas pada Agustus dan September lalu mencacatkan kerugian US$ 125 miliar. Ini merupakan bencana alam termahal sepanjang sejarah AS.
Tak jauh berbeda, Badai Maria yang juga terjadi pada Bulan September membukukan kerugian US$ 90 miliar. Sementara Badai Irma yang menghantam Florida membuat kerugian sebesar US$ 50 miliar, menurut laporan NOAA.
Jika digabungkan, Badai Harvey, Irma dan Maria menyebabkan kematian 251 orang. Tiga badai besar ini masuk dalam lima besar bencana alam termasif Amerika Serikat, selain Badai Katrina pada 2005 dan Badai Sandy pada 2012.
Kebakaran hutan
Kebakaran hutan di bagian barat wilayah AS menyebabkan kerugian sebesar 18 miliar dolar AS atau Rp 241,6 triliun, tiga kali lipat dari rekor kebakaran AS sebelumnya.
Sedikitnya 362 orang tewas dalam insiden bencana alam di AS sepanjang 2017.
Lebih lanjut, Badan prakiraann cuaca AS menyatakan 2017 sebagai tahun dengan temperatur udara terpanas ketiga yang pernah tercatat dalam sejarah. 48 negara bagian di AS mengalami peningkatan suhu tahunan 2,6 derajat lebih hangat dibanding rata-rata pada abad 20.
Advertisement