Dear Trump, Ukraina Siap Berunding dengan Rusia tapi Ada Syaratnya

Berikut penjelasan Zelenskyy mengenai persyaratannya untuk negosiasi dengan Rusia.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 11 Feb 2025, 09:12 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2025, 09:12 WIB
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy saat berada di markas NATO di Brussels, Belgia, Kamis (18/10/2024).
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy saat berada di markas NATO di Brussels, Belgia, Kamis (18/10/2024). (Dok. AP Photo/Virginia Mayo)... Selengkapnya

Liputan6.com, Kyiv - Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan dalam wawancara yang disiarkan pada Minggu (9/2/2025), rencana Donald Trump untuk menyelesaikan konflik di Ukraina dengan cepat tidak hanya harus menghentikan perang, namun juga memastikan agar agresi Rusia tidak terjadi lagi di masa depan.

Zelenskyy mengatakan Ukraina tidak ingin mengulang pengalaman perjanjian perdamaian dan pembicaraan yang gagal mencapai hasil seperti halnya sebelum invasi skala penuh Rusia pada Februari 2022. Menurutnya, itu berarti perlu adanya jaminan keamanan.

"Konflik yang stagnan akan menyebabkan agresi yang berulang kali. Siapa yang akan meraih penghargaan dan dikenang sebagai pemenang? Tidak ada. Ini akan menjadi kekalahan mutlak bagi semua pihak, baik bagi kami yang penting, maupun bagi Trump," ujar Zelenskyy kepada ITV, seperti dikutip dari Al Arabiya, Selasa (11/2).

"Trump tidak hanya perlu mengakhiri perang, namun juga bertindak agar Vladimir Putin tidak punya kesempatan untuk menyerang kami lagi. Ini adalah hal yang paling penting dan semua orang harus menyadari hal ini."

Zelenskyy mengulang kembali kesediaannya untuk mengadakan pembicaraan dengan Rusia untuk mengakhiri perang dengan syarat bahwa sekutu-sekutu Ukraina – Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa – ikut terlibat.

"Jika saya yakin bahwa AS dan Eropa tidak akan meninggalkan kami dan mereka akan terus mendukung serta memberikan jaminan keamanan, saya akan siap untuk segala format pembicaraan," tutur Zelenskyy.

"Dengan adanya jaminan keamanan, kita bisa mulai membahas akhir 'fase panas' perang ini."

Tantangan Negosiasi Rusia-Ukraina

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump usai pertemuan mereka di Istana Presiden Elysee di Paris pada Sabtu (7/12/2024).
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump usai pertemuan mereka di Istana Presiden Elysee di Paris pada Sabtu (7/12/2024). (Dok. Julien de Rosa/AFP)... Selengkapnya

Dalam wawancara yang sama dengan ITV, Zelenskyy kembali menegaskan penolakannya untuk mengadakan pemilu di Ukraina hingga perang berhenti karena hal itu akan membahayakan negara dengan menghapuskan ketentuan penting dari undang-undang darurat militer.

Putin sendiri telah menyatakan Zelenskyy tidak memiliki legitimasi dalam negosiasi apapun karena dia menjabat lebih lama dari masa jabatannya.

"(Jika kami menyelenggarakan pemilu) kami harus menangguhkan undang-undang darurat militer dan jika kami melakukannya, kami akan kehilangan tentara," kata Zelenskyy. "Pada prinsipnya, Rusia akan senang. Ini akan menghilangkan kemampuan militer, moral, dan aspek-aspek penting lainnya."

Zelenskyy juga mengatakan kepada Reuters minggu lalu bahwa dia ingin Ukraina menyediakan logam tanah jarang dan mineral lainnya untuk AS sebagai imbalan atas dukungan finansial mereka terhadap Ukraina. Pejabat Ukraina dilaporkan telah berdiskusi dengan utusan khusus Trump untuk Ukraina dan Rusia, Keith Kellogg.

Trump menyatakan pada Jumat (7/2), dia kemungkinan akan bertemu dengan Zelenskyy minggu depan untuk membahas akhir perang. The New York Post melaporkan Trump mengungkapkan telah berbicara dengan Putin melalui telepon tentang hal serupa, namun juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan dia tidak dapat mengonfirmasi atau membantah laporan tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya