Liputan6.com, Seoul - Kementerian Pertahanan Korea Utara mengatakan pada Selasa (11/2/2025), Amerika Serikat (AS) kembali mengancam keamanan dengan mengirimkan kapal selam serang bertenaga nuklir ke pelabuhan Korea Selatan.
"Kemunculan kapal selam nuklir AS di Semenanjung Korea merupakan ekspresi jelas dari histeria konsisten AS untuk konfrontasi terhadap Korea Utara," kata juru bicara dari Kementerian Pertahanan Korea Utara menurut laporan kantor berita KCNA.
Advertisement
Baca Juga
"Kami menyatakan keprihatinan mendalam atas tindakan militer bermusuhan yang berbahaya dari AS yang dapat menyebabkan konfrontasi militer yang intens di kawasan sekitar Semenanjung Korea beralih menjadi konflik bersenjata nyata."
Advertisement
Juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Utara menambahkan, pasukan bersenjata negaranya akan tanpa ragu-ragu menggunakan hak sah untuk "menghukum" para provokator.
Kapal selam nuklir AS, Alexandria, tiba di Busan, Korea Selatan, untuk melakukan pengisian pasokan dan istirahat bagi awaknya. Demikian menurut laporan media Korea Selatan pada Senin (10/2), mengutip pernyataan Angkatan Laut Korea Selatan.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan belum segera memberikan konfirmasi atau berkomentar.
Kapal selam nuklir ini, menurut Angkatan Laut AS, adalah bagian dari Armada Pasifik AS yang dipersenjatai dengan rudal jelajah Tomahawk.
Korea Utara secara rutin mengkritik keberadaan aset militer AS dan latihan bersama antara pasukan AS dan Korea Selatan. Pada Minggu (9/2), Korea Utara memperingatkan akan "konsekuensi yang tidak diinginkan" setelah mengkritik serangkaian latihan yang dilakukan oleh sekutu tersebut.
Juru bicara kementerian pertahanan Korea Utara tidak menyinggung latihan tembak langsung terpisah yang dilakukan secara bersama-sama oleh tentara Korea Selatan dan AS di sebuah lapangan tembak di selatan perbatasan militer Korea sejak minggu lalu.
Korea Utara semakin memperkuat retorika agresifnya sejak Donald Trump menjalani masa jabatan kedua pada bulan lalu, meskipun dia mengungkapkan keinginannya untuk kembali menjalin dialog langsung dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.