Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan, indikator perekonomian nasional sangat baik. Mulai dari kondisi stabilitas moneter yang bagus serta anggaran negara yang terkelola dengan baik.
Namun, kepala negara menyayangkan perekonomian Indonesia tak bisa lari cepat.Â
"Kemudian kita lihat IHSG juga sangat membaik. Surplus neraca perdagangan semakin baik. Cadangan devisa semakin meningkat, terakhir US$ 130 miliar. EoDB juga meloncat dari 2014 rangking 120 sekarang masuk ke angka 72. Loncatannya sangat tinggi sekali," kata Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2018 di Jakarta, Kamis (18/1/2018).
Advertisement
Bahkan, lanjut Jokowi, beberapa lembaga pemeringkat internasional juga memberi prospek positif pada perekonomian nasional. Tidak hanya itu, harga komoditas pun juga sudah membaik. Namun, kembali ekonomi tak bisa lari cepat karena ada masalah di lapangan.
"Ini baik, baik, baik. Kenapa saya tanyakan, nggak bisa lari cepat. Dan justru saya melihat perbankan pertumbuhan kredit yang target 10-12 persen, tahun 2017 mencapai 8,3 persen. Prudent perlu, kehatian-hatian perlu, kondisi seperti ini harusnya punya optimisme. Jangan sampai optimisme hilang gara-gara isu bertebaran di media sosial. Kalah sama isu," jelas Jokowi.
Jokowi menuturkan, dengan kondisi saat ini hanya tinggal dua pilihan, yakni berjalan santai atau berjalan cepat.
"Pilihannya hanya itu berjalan santai atau ingin berjalan cepat. Dan lari kencang memacu pertumbuhan setinggi-tingginya agar kita bisa cepat menyerap pengangguran, menekan angka kemiskinan, mengatasi ketimpangan yang ada," tukas dia.
https://www.vidio.com/watch/820831-pemerintah-optimis-dorong-pertumbuhan-ekonomi-indonesia-tahun-2017-liputan6-pagi
OJK Yakin Kredit Bank Tumbuh 12 Persen
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meyakini industri jasa keuangan mampu menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan kredit perbankan dan dana pihak ketiga (DPK) diprediksi berada di kisaran 10-12 persen di tahun ini.
"Kami yakin sektor jasa keuangan mampu mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sebesar 5,4 persen. Hal ini didukung oleh solidnya indikator sektor jasa keuangan baik dari sisi pemodalan dan likuiditas, maupun tingkat risiko yang terkendali," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2018 di Jakarta, Kamis (18/1/2018).
Baca Juga
Wimboh mengatakan, saat ini merupakan momentum yang tepat untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah kondisi makroekonomi dan sektor jasa keuangan yang kondusif.
Dia menjelaskan, permodalan lembaga jasa keuangan terpantau kuat sampai Desember 2017. Sebutnya, CAR perbankan sebesar 23,36 persen, Risk-Based Capital (RBC) industri asuransi umum dan asuransi jiwa juga berada di level tinggi yaitu 310 persen dan 492 persen.
Gearing ratio perusahaan pembiayaan tercatat sebesar 2,97 kali jauh di bawah threshold sebesar 10 kali.
Kuatnya permodalan perbankan ini juga diikuti dengan likuiditas yang memadai. Pada Desember 2017, rasio Alat Likuid per Non-Core Deposit (AL/NCD) perbankan tercatat sebesar 90,48 persen di atas threshold sebesar 50 persen. Sementara excess reserve perbankan tercatat di kisaran Rp 626 triliun.
Kondisi ini didukung tingkat risiko kredit yang terkendali dengan rasio NPL 2,59 persen gross (1,11 persen net) dengan tren yang menurun. Rasio Non-Performing Financing (NPF) perusahaan pembiayaan juga mengalami penurunan menjadi 2,96 persen.
Intermediasi lembaga jasa keuangan juga mengalami pertumbuhan sejalan kinerja perekonomian domestik. Kredit perbankan sampai Desember 2017 tercatat sebesar Rp 4.782 triliun atau tumbuh sebesar 8,35 persen yoy.
Â
Advertisement