Kemendag Buka Keran Impor Jagung 171 Ribu Ton

Untuk kebutuhan konsumsi nasional dan pakan ternak tetapi dipasok dari dalam negeri.

oleh Septian Deny diperbarui 06 Feb 2018, 14:30 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2018, 14:30 WIB
Ilustrasi jagung
Ilustrasi jagung
Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perdagangan (Kemendag) menerbitkan izin impor jagung untuk kebutuhan industri pada tahun ini. Jumlah jagung yang diimpor tersebut mencapai 171 ribu ton.
 
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Oke Nurwan mengatakan, izin impor tersebut dikhususkan untuk jagung sebagai bahan baku industri. Sedangkan untuk kebutuhan konsumsi nasional dan pakan ternak tetapi dipasok dari dalam negeri.
 
‎"Kan untuk kebutuhan industri beda. Jadi yang kita izinkan impor itu untuk kebutuhan industri. Bukan untuk pakan," ujar dia di Kantor Kemenko Kemaritiman, Jakarta, Selasa (6/2/2018).
 
Menurut dia, izin impor jagung tersebut diberikan pada industri pangan dan makanan seperti Indofood. Secara total, ada lima perusahaan yang mendapatkan izin untuk mengimpor komoditas ini.
 
‎"(Volume) 171 ribuan ton. Sudah saya keluarkan (izinnya) tinggal tanya kapan masuknya ke mereka. Yang impor industri kaya Miwon, Indofood. Ada lima perusahaan," kata dia.
 
Selain jagung, Kemendag juga telah memberikan izin impor untuk garam. Izin impor tersebut juga diperuntukkan kebutuhan industri.
 
‎"Yang sudah kan garam untuk industri. Itu aja dulu jangan nanya yang belum yah," tandas dia.

Sumbawa Kejar Target 2 Juta Ton Jagung

Pemerintah Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat target produksi jagung tahun ini sebanyak 2 juta ton. Untuk itu, Bupati Sumbawa HM. Husni Djibril menyatakan akan mengerahkan segenap jajarannya untuk mengoptimalkan potensi agraris di daerahnya.

Target produksi jagung itu akan diselaraskan dengan peningkatan jumlah sapi potong secara besar-besaran dalam Gema Jipi (Gerakan Masyarakat Jagung Sapi). Saat ini Sumbawa mampu mengirim sapi ke daerah lain tidak kurang 95 ekor sehari.

Untuk ternak sapi, lanjut bupati, Sumbawa saat ini telah memiliki RPH Modern. Sehingga tidak semua sapi hidup yang dikirim ke luar Sumbawa, tetapi juga sudah dalam bentuk daging segar dalam kemasan Sumbawa Beef.

"Ini adalah inovasi putra daerah Sumbawa mengejar ketertinggalan dengan daerah lain agar ekonomi masyarakat Sumbawa meningkat, bermartabat bahkan menjadi terkenal sebagai lumbung pangan dan ternak di Propinsi NTB," kata bupati, dalam keterangan tertulis yang diterima, Sabtu 27 Januari 2018.

Untuk mempercepat produksi padi, Sumbawa juga tengah membangun Bendungan Bintang Bano yang memakan anggaran dari Kementerian PUPR Rp. 1,6 triliun.

Direncanakan akhir tahun 2018 sudah rampung dan awal 2019 dapat melakukan penggenangan dan segera merasakan manfaatnya. Progres konstruksi saat ini sudah 55,4 persen dengan kapasitas tampungan 65,84 juta meter kubik, akan menjadi yang terbesar di Provinsi NTB.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya