BRI Target Salurkan Kredit Kendaraan Rp 2,8 Triliun di 2018

BRI menargetkan penyaluran kredit kendaraan sebesar Rp 2,8 triliun pada 2018

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Mar 2018, 21:29 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2018, 21:29 WIB
Dok Foto: Merdeka.com/Dwi Aditya Putra
Dok Foto: Merdeka.com/Dwi Aditya Putra

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau Bank BRI terus berkomitmen terhadap pengembangan pembiayaan langsung bagi masyarakat umum untuk akses kepemilikan kendaraan. Upaya ini untuk mendorong upaya dalam mengembangkan industri multifinance.

Direktur Bisnis Konsumer BRI, Handayani mengatakan, BRI menargetkan penyaluran kredit kendaraan sebesar Rp 2,8 triliun pada 2018. Angka tersebut meningkat 20 persen dibanding tahun lalu yang hanya mencapai Rp 2,1 triliun.

"Jadi harapan kita bisa bertumbuh year on year (YoY) 20 persen dibanding tahun lalu. Kita lihat banyak kebutuhan kendaraan terkait dengan multifinance," jelas Handayani saat Konferensi Pers Multifinance Gathering 2018 : Industry Sustainability di Hotel Fairmont, Jakarta Pusat, Selasa (20/3/2018).

Pembiayaan kredit kendaraan Rp 2,8 triliun ini akan berfokus pada pembiayaan pinjaman untuk transportasi massal, baik roda dua maupun roda empat.

"Kebutuhan kendaraan terkait jangka waktu atau tenor maupun suku bunga, jadi dengan kerja sama multifinance justru bekerja sama menjadi kebutuhan luas kebutuhan masyarakat meningkatkan accessibility kepada user secara langsung," ucap Handayani.

Handayani juga menyebut, agar nantinya pembiayaan tersebut dapat berjalan dua arah. Pertama melalui pembiayaan modal kerja yang dibagi ke seluruh cabang BRI di Indonesia, dan yang kedua melalui kredit multifinance.

"Nah untuk mendukung itu, maka BRI di 2018 ingin mengembangkan strategi bagaimana agar kami bisa memberikan pembiayaan end user langsung atau melalui multifinance agar mempermudah accessibility pembiayaan bagi masyarakat umumnya untuk bisa akses pemilikan pembiayaan untuk kendaraan," tambah Handayani.

Saat ini, sebanyak 31 perusahan pembiayaan telah bekerja sama dengan Bank BRI seperti, PT BFI Finance Indonesia Tbk, PT Andalan Finance Indonesia, PT Mandala Multifinance Tbk, PT Batavia Prosperindo Finance Tbk, PT Finansia Multifinance, dan beberapa perusahaan pembiayaan lainnya.

 

Reporter : Dwi Aditya Putra

Sumber : Merdeka.com

Marak Pembobolan Kartu ATM, BRI Minta Nasabah Sering Ganti Nomor PIN

Mendadak Raib dari Tabungan, Belasan Nasabah Datangi Kantor BRI Kediri
Seorang nasabah BRI mengetahui uangnya hilang dari rekening setelah mendapat tiga kali SMS. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Direktur Bisnis Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau Bank BRI, Handayani mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati dalam bertransaksi melalui ATM. Sebab, belum lama ini beberapa nasabah BRI terkena kasus pembobolan ATM dengan metode skimming ATM di Kediri, Jawa Timur.

Modus skimming kartu ATM atau debit biasanya dengan menempelkan alat card reader di mulut mesin ATM serta kamera tersembunyi. Alat card reader tersebut akan mengambil data kartu secara otomatis dalam rangka untuk penggandaan kartu. Sementara kamera tersembunyi diperlukan untuk mengetahui pin dari kartu ATM.

Handayani menyebut, untuk mengantisipasi kejadian skimming ATM, masyarakat harus menggunakan pin dengan tingkat kesulitan yang rumit. Artinya pin yang digunakan nasabah disarankan untuk tidak menggunakan, seperti tanggal lahir atau angka-angka yang menurutnya sama.

"Imbauan buat masyarakat, jadi pertama harus menggunakan pin itu dengan angka-angka tidak mudah diketahui. Jangan menggunakan tanggal lahir atau menggunakan nomor yang sama, jadi harus bener-bener unik," kata Handayani saat ditemui di Jakarta, Selasa (20/3/2018).

Kemudian, lanjut dia masyarakat juga harus lebih sering mengubah pin agar tidak terjadi kebocoran data. Masyarakat nantinya, diharuskan untuk lebih aktif apabila ada transaksi yang terjadi di luar dari dirinya.

"Kedua harus sering-sering mengganti pin, misalnya nanti di skimming pun data diperoleh oleh mereka tidak akan valid lagi kan karena pinnya berbeda. Nasabah segera menghubungi bank kalo tidak merasa melakukan transaksi tersebut jadi harus peran aktif antara bank dengan nasabah," imbuh Handayani. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya