Pengamat Sebut Cadangan Beras Pemerintah Minus Jadi Masalah Serius

Stok beras pemerintah tercatat minus 27.888 ton. Kondisi ini dianggap serius karena berdampak pada stabilitas harga.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Mar 2018, 16:35 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2018, 16:35 WIB
20160608-Gudang Bulog-Jakarta- Johan Tallo
Pekerja memanggul karung Beras milik Badan Urusan Logistik (Bulog) di Gudang Bulog kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (7/6). Bulog memiliki stok beras sebanyak 2,1 juta ton. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Pertanian sekaligus Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Bayu Krisnamurthi angkat bicara mengenai kondisi kekurangan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) di gudang Bulog. Saat ini, CBP mengalami kekurangan stok beras pemerintah sebesar 27.888 ton.

"Setahu saya belum pernah, kecuali kita pernah mengalami situasi seperti ini pada saat krisis. Minus artinya Bulog sudah disuruh operasi pasar, tapi belum diganti," ucap Bayu di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (27/3/2018).

Sebagai penjaga stabilitas harga pangan dan pemegang cadangan beras nasional, mantan Wakil Menteri Perdagangan ini menilai kondisi kekurangan stok beras pemerintah yang terjadi pada saat ini merupakan persoalan serius. 

"Cadangan yang minus itu jelek sekali. Itu harus dijadikan prioritas untuk diselesaikan. Karena kalau ada situasi bencana dan sebagainya, pemerintah tidak punya instrumen untuk bantu, termasuk operasi pasar karena tidak ada instrumennya," Bayu menjelaskan. 

Karena itu, Bayu mendorong upaya peningkatan cadangan beras pemerintah dan cadangan beras Bulog. 

"Stok Bulog yang pakai uangnya Bulog itu cuma 670 ribu ton. Itu sangat kecil. Yang bisa memposisikan Bulog sebagai big player adalah kalau punya 1,5 juta sampai 2 juta ton, di sisi stok Bulog sendiri. Nanti di stok CBP, kalau punya 350 ribu ton sampai 500 ribu ton sudah lumayan. Total punya 2 juta ton," tandasnya.

 

Reporter : Wilfridus Setu Embu

Sumber : Merdeka.com

2 Bulan Lagi Puasa, Bagaimana Stok Beras?

Bulog Lempar Beras Cadangan Pemerintah Untuk Hadang Spekulan
Perum Bulog Bengkulu melempar ribuan ton beras kualitas Premium 15 persen ke pasar menjelang natal dan tahun baru 2019 (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Bulog merealisasikan impor beras sekitar 261 ribu ton dari total target impor beras 500 ribu ton per 28 Februari 2018. Lalu bagaimana stok dan harga beras saat Ramadan yang akan berlangsung pada Mei 2018?

Direktur Utama (Dirut) Bulog, Djarot Kusumayakti menyebutkan akan operasi pasar murah untuk mengatasi sekaligus menekan harga beras di pasar. Hal ini termasuk dalam rangkaian intervensi pasar. 

"Lebaran itu bicara puasa. Makanya kemarin ini kita mulai operasi pasar. Hal ini termasuk dalam rangkaian intervensi pasar. Jadi nanti memasuki puasa, saudara-sudara kita sudah bisa tenang," tutur dia di Kantor Pusat Perum Bulog pada 20 Maret 2018. 

Djarot menuturkan, skema atau alur penggelontoran beras ini akan dilakukan tiap hari sesuai rancangan dari Bulog.

"Timeline-nya tidak mingguan kita gelontorkan. Tapi setiap hari. Ini 400 ribu ton ini bisa untuk puasa. Tapi nanti kita lihat kembali. Yang pasti menurut rancangan kami dengan angka itu kita pantau cukup. Kalau pun nanti bergeser nambah atau kurang, ya kita lihat. Karena hari ini katanya panen," ujar dia.

Sebelumnya, Djarot menuturkan operasi pasar akan dilakukan untuk dua bulan ke depan dan juga untuk semua jenis kualitas beras yang ada, yakni menyesuaikan dengan pangsa konsumen di Indonesia. 

"Kami akan melakukan operasi pasar murah untuk mengisi shortir yang ada. Sudah mulai kemarin. Kami akan lepas 400 ribu ton dalam 2 bulan ke depan dengan berbagai jenis kualitas beras. Orang Indonesia macam-macam konsumsinya, ada yang kualitas bawah, medium, dan juga premium. Ini dengan harga yang dibawah pasar atau Harga Eceran Tertinggi (HET)," tutur dia.

Diketahui, stok beras RI capai 600 ribu ton termasuk dengan beras impor di dalamnya hingga kini. "Stok di gudang hari ini hampir 600 ribu ton, kemudian masih akan ada masukan-masukan stok yang ada. 600 ribu ton ini sudah termasuk dengan yang impor," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya