Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah menandatangani surat keputusan yang mengatur mengenai nilai saham pemerintah di PT PGN Tbk yang akan dialihkan kepada PT Pertamina (Persero). Dengan demikian, pembentukan induk usaha (holding) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Minyak dan Gas (Migas) akan segera terlaksana.
Analis Binaartha Parama Sekuritas, Muhammad Nafan Aji menilai, hal ini akan sentimen positif bagi PGN dan membuat emiter berkode saham PGAS tersebut semakin menarik.
"Sentimen positif mengenai realisasi merger PGN dan Pertagas, dengan kewenangan penuh yang dipegang oleh PGN diharapkan pergerakan saham PGAS bisa menembus garis atas dari bearish channel. Saya perkirakan target harga jangka panjang PGAS bisa menembus Rp 3.780 per saham," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (3/4/2018).
Advertisement
Baca Juga
Pada perdagangan Bursa Efek Indonesia kemarin, saham PGAS ditutup pada level Rp 2.310 per saham. "Ini naik 10 poin dibanding penutupan sebelumnya dengan 39,68 juta saham diperdagangkan," kata dia.
Danareksa Sekuritas sebagai konsultan yang diminta pemerintah menyusun Buku Putih Pembentukan Holding BUMN Migas juga memprediksi kinerja PGN akan meningkat dalam beberapa tahun ke depan.
Hal tersebut bisa terjadi setelah PGN resmi beroperasi penuh sebagai ujung tombak bisnis gas bumi dari Pertamina sebagai perusahaan induknya.
Danareksa menghitung pendapatan PGN tahun 2019 berpotensi melesat naik jadi US$ 3,36 miliar dibandingkan realisasi pendapatan tahun buku 2017 sebesar US$ 2,97 miliar.
Â
Laba Bersih Bakal Menanjak
Bukan hanya pendapatan usaha, laba bersih PGN juga diramal kembali berada di jalur yang menanjak tahun depan setelah lima tahun belakangan mengalami penurunan karena banyak menjalankan penugasan dari Pemerintah.
Danareksa menyebut pada 2019, perusahaan plat merah ini mampu mengantongi laba bersih US$ 205 juta. Angka tersebut bertambah 43,25 persen dibandingkan realisasi laba bersih tahun lalu sebesar US$ 143,1 juta.
Meningkatkan kinerja PGN akan berlanjut pada 2020 dan 2021 mendatang. PGN diproyeksi bisa memperoleh pendapatan US$ 3,65 miliar dan mencetak laba bersih US$ 352 juta pada 2020.
"Pada 2021, pendapatan PGN bisa mencapai US$ 4,38 miliar dengan laba bersih sebesar US$ 369 juta," bunyi riset Danareksa.
Peningkatan kinerja keuangan PGN yang signifikan disebabkan oleh ditetapkannya perusahaan sebagai subholding gas dalam kerangka holding BUMN migas. Dengan penetapan sebagai subholding gas, PGN bakal mengelola seluruh aset PT Pertamina Gas (Pertagas) yang secara simultan akan dialihkan kepada PGN.
Â
Advertisement
Aset PGN
Pada bagian Supply Chain dan Pembagian Kewenangan Holding Migas yang terdapat pada Buku Putih, dijelaskan jika PGN akan memperoleh beberapa kewenangan sebagai subholding. Diantaranya, PGN akan berkontrak langsung dengan pemasok gas, kemudian pada tahap pemrosesan dan pengiriman PGN akan melakukan proses regasifikasi.
Selanjutnya, pada tahap transportasi dan distribusi gas, semua kontrak penjualan gas serta pipa transmisi dan distribusi akan dialihkan dan menjadi milik PGN.
Dengan pengalihan aset tersebut, PGN bakal mengelola dan mengintegrasikan infrastruktur gas bumi milik Pertamina dan Pertagas seperti Arun LNG Regasification unit dengan kapasitas 400 MMSCFD, Aceh & North Sumatera Gas Pipeline sepanjang 614,7 km, Duri Dumai Gas Pipeline sepanjang 70 km, South Sumatera Gas Pipeline sepanjang 671 km, West Java Gas Pipeline yang membentang 532 km.
Kemudian, Kalimantan Gas Pipeline sejauh 65,7 km, East Java Gas Pipeline sepanjang 494,21 km, Porti-ORF Semare Gas Pipeline dengan panjang 8 km, serta Gresik-PKG Looping Gas Pipeline sejauh 70 km.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: