Harga Minyak Menanjak Imbas Potensi Serangan Militer ke Suriah

Harga minyak menguat sehingga mendorong kenaikan terbesar sejak Juli. Hal itu dipicu kekhawatiran serangan aksi militer di Suriah.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Apr 2018, 05:30 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2018, 05:30 WIB
20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, New York - Harga minyak menguat sehingga dorong kenaikan terbesar sejak Juli. Kenaikan harga minyak didukung kekhawatiran kemungkinan aksi militer di Suriah dan laporan persediaan minyak global makin menipis.

Prospek aksi militer di Suriah dapat menyebabkan konfrontasi dengan Rusia yang tergantung di Timur Tengah. Akan tetapi, belum ada tanda serangan dari AS terjadi dalam waktu dekat. Partner Hedge Fund Again Capital Management, John Kilduff menuturkan, pelaku pasar berusaha mengunci posisi minyak mentah hingga menjelang akhir pekan.

"Kegelisahan geopolitik terus bayangi harga minyak, dan sentimen itu lebih besar. Bahkan semakin dekat momen jika ada pemogokan," ujar Kildudd seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (14/4/2018).

Ia menuturkan, Suriah memiliki risiko terhadap stabilitas global. Ini lantaran hubungannya dengan produsen minyak kuat lainnya. “Suriah adalah klien negara Rusia dan Iran. Risiko untuk eskalasi cukup tinggi dan saya piker itu mengkhawatirkan pasar,” kata dia.

Harga minyak Brent pulih dari posisi tertekan. Harga minyak Brent naik 56 sen ke posisi USD 72,58 per barel. Selama sepekan, harga minyak Brent naik USD 5,48 atau delapan persen.

Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menanjak 32 sen ke posisi USD 67,39 per barel. Harga minyak WTI menguat delapan persen pada pekan ini.

Para hedge fund dan manajer investasi memangkas taruhan terhadap harga minyak. Pada Rabu pekan ini, harga minyak acuan capai level tertinggi sejak akhir 2014.

 

Konflik Suriah

20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Selain itu, Presiden AS Donald Trump juga memperingatkan rudal akan datang sebagai respons atas dugaan serangan gas di Suriah. Trump pun kembali mengunggah status di Twitter. Ia menyatakan kalau serangan terhadap Suriah bisa segera atau tidak sama sekali.

“Risiko eskalasi Suriah tidak dapat sepenuhnya dihindari,” tulis Petromatrix.

Selain ketegangan geopolitik di Suriah, surplus persediaan minyak mentah global juga susut. OPEC mengatakan kalau produksi turun menjadi 31,96 juta barel per hari pada Maret.

International Energy Agency (IEA) mengatakan, kebijakan energi negara industri menyisyaratkan pasar dapat ketat jika pasokan tetap terkendali. Sementara itu, impor minyak mentah China naik ke level tertinggi pada Maret. Di AS, ada penambahan tujuh rig minyak selama seminggu. Total rig 815 rig, tertinggi sejak Maret 2015.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

                                                    

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya