Rusia Kerahkan Sistem Pertahanan Udara untuk Lindungi Suriah dari Rudal AS

Rusia mengerahkan sistem pertahanan udara di 'sekeliling' Suriah, demi melindungi rezim Assad dari serangan rudal Amerika Serikat.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 13 Apr 2018, 07:21 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2018, 07:21 WIB
20170407-AS Tembakkan Rudal Tomahawk ke Suriah-AP
Rudal Tomahawk ditembakkan kapal perang AS yang ada di Laut Mediterania,menyasar pangkalan udara Suriah, Jumat (7/4). Serangan ini dilakukan AS menyusul serangan senjata kimia yang menewaskan puluhan warga sipil oleh pemerintah Suriah. (U.S. Navy via AP)

Liputan6.com, Damaskus - Rusia dikabarkan tengah mengerahkan sejumlah sistem pertahanan udara mereka di "sekeliling" Suriah, demi melindungi rezim Presiden Suriah Bashar Al Assad dari ancaman serangan rudal Amerika Serikat. Hal itu diungkapkan oleh diplomat Moskow di Timur Tengah.

Sejumlah sistem pertahanan udara jenis S-400 produksi Rusia dirancang untuk mampu menghancurkan pesawat, misil jelajah, dan rudal balistik, bahkan beberapa operasi tempur darat.

"Jika ada serangan misil dari AS, maka misil-misil itu akan berhasil dihancurkan, dan sumber misil itu mampu menjadi target sasaran selanjutnya," kata Duta Besar Rusia untuk Lebanon, Alexander Zasupkin seperti dikutip dari The Daily Mail, Kamis (12/4/2018).

Zasupkin menjelaskan bahwa rencana membendung serangan AS menggunakan S-400 itu telah dibicarakan sebelumnya di balik layar oleh Presiden Vladimir Putin serta beberapa pejabat dan perwira tinggi Rusia.

Kabar tentang pengerahan S-400 muncul usai Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengemukakan amarahnya terhadap Rusia dan Suriah, menyusul kabar serangan senjata kimia di Douma, Ghouta Timur, akhir pekan lalu.

Berbagai pihak, salah satunya Washington, menuduh rezim Assad sebagai dalang di balik serangan tersebut.

Sebagai langkah balasan, Trump dikabarkan tengah berniat untuk menyiapkan serangan ke Suriah.

"Bersiaplah Rusia, karena mereka (misil AS) akan datang," kicau Trump.

Sang Presiden AS juga menganjurkan agar Rusia seharusnya tidak bermitra dengan "binatang" yang membunuh rakyatnya sendiri dengan menggunakan gas dan menikmatinya.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Rusia imbau AS untuk tak gegabah

20170407-AS Tembakkan Rudal Tomahawk ke Suriah-AP
Rudal Tomahawk ditembakkan kapal perang AS yang ada di Laut Mediterania,menyasar pangkalan udara Suriah, Jumat (7/4). Perintah serangan terbuka ini yang pertama dilakukan Donald Trump sepanjang kepemimpinannya sebagai Presiden AS. (U.S. Navy via AP)

Di sisi lain, Suriah dan Rusia membantah bertanggung jawab atas serangan senjata kimia di Douma, Ghouta Timur -- berdasarkan bukti sampel yang telah dikumpulkan oleh pihak kedua negara.

Mereka kemudian menyimpulkan bahwa peristiwa di Douma hanya fabrikasi dari White Helmets -- organisasi paramedis yang kerap dituding oleh Moskow dan Damaskus sebagai kelompok teroris. White Helmets adalah pihak yang melapor serangan senjata kimia di Douma untuk pertama kali.

Kendati demikian, kredibilitas White Helmets sendiri kerap dipertanyakan oleh beberapa komunitas internasional.

Meski tak seekstrem Rusia dan Suriah, beberapa komunitas internasional pernah menuding bahwa White Helmets kerap melaksanakan sejumlah misi propaganda untuk kepentingan pihak tertentu.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Rusia menuduh AS berusaha memanfaatkan peristiwa serangan senjata kimia di Douma sebagai justifikasi untuk melakukan serangan udara dan intervensi militer terhadap rezim Assad.

"Misil seharusnya diarahkan kepada kelompok teroris bukan kepada pemerintah yang legal," kata Kemlu Rusia menanggapi retorika Presiden AS Donald Trump yang ingin merudal Suriah.

Pada April 2017, Amerika Serikat pernah merudal sebuah fasilitas militer Suriah di Shayrat dan Homs. Langkah itu dilakukan menyusul serangan senjata kimia di Idlib, Suriah, beberapa hari sebelumnya. Barat menuding Moskow dan Assad mendalangi serangan tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya