Ketegangan Geopolitik di Timur Tengah Bikin Bursa Asia Tertekan

Bursa saham Asia melemah pada perdagangan saham Kamis pekan ini didorong ancaman aksi militer Amerika Serikat (AS) ke Suriah. Hal tersebut mengguncang investor.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Apr 2018, 08:51 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2018, 08:51 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia melemah pada perdagangan saham Kamis pekan ini didorong ancaman aksi militer Amerika Serikat (AS) ke Suriah. Hal tersebut mengguncang investor.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,05 persen pada awal sesi perdagangan. Indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 0,4 persen.

Tekanan bursa saham Asia juga tak lepas dari wall street yang melemah. Indeks saham S&P 500 merosot 0,55 persen dan indeks saham Nasdaq susut 0,36 persen. Sementara itu, sektor saham energi naik lebih dari satu persen seiring kenaikan harga minyak. Sentimen ancaman aksi militer AS ke Rusia tersebut mendorong kenaikan harga minyak.

Presiden AS Donald Trump menggungah status di Twitter. Ia mengatakan, kalau rudal “akan datang” di Suriah. Trump juga meremehkan Rusia yang mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad usai dugaan serangan kimia terhadap pemberontak. Pihak Moskow dan Damaskus membantah untuk bertanggung jawab.

Komentar Trump mengangkat prospek konflik langsung atas Suriah untuk pertama kali antara AS dan Rusia.

“Tahun lalu Rusia dan Suriah tidak membalas terhadap rudal AS. Namun kali ini skalanya kemungkinan lebih besar terutama serangan oleh AS dan sekutunya. Jika Rusia membalas, potensi perang akan lebih besar,” ujar Hidenori Suezawa, Analis SMBC Nikko Securities, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (12/4/2018).

Ia menambahkan, kalau pihaknya tidak berpikir untuk potensi perang dunia ketiga. Akan tetapi, ada konflik langsung antara AS dan Rusia untuk pertama kali. Hal ini akan pengaruhi bursa saham termasuk bursa saham Asia. "Sentimen itu akan menekan harga saham,” kata dia.

 

Ketegangan di Timur Tengah

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Selain itu, ketegangan lain meningkat ketika Arab Saudi mengatakan, kalau pasukan udaranya mencegat tiga rudal balistik yang ditembakkan di Riyadh dan kota lain oleh Houthi Yaman.

Kekhawatiran konflik militer di Timur Tengah meningkatkan harga minyak dan aset safe haven seperti emas.

Harga minyak Brent dan West Texas Intermediate (WTI) mencatatkan kenaikan tertinggi sejak 2014. Hal ini karena kekhawatiran geopolitik yang membayangi.

Harga minyak WTI pun diperdagangkan di kisaran USD 66,79 per barel. Harga minyak Brent berada di posisi USD 71,93 per barel. Sementara itu, harga emas berada di kisaran USD 1.353,10 per ounce.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya