Usai Migas, Pemerintah Kebut Pembentukan Holding BUMN Asuransi

Setelah holding migas terbentuk, Kementerian BUMN mengebut pendirian holding BUMN Asuransi.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Apr 2018, 14:11 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2018, 14:11 WIB
Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Jasa Konsultasi Kementerian BUMN, Gatot Trihargo (Merdeka.com/Yayu Agustini Rahayu Achmud)
Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Jasa Konsultasi Kementerian BUMN, Gatot Trihargo (Merdeka.com/Yayu Agustini Rahayu Achmud)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah induk usaha (holding) minyak dan gas (migas), Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah mengebut pendirian holding BUMN asuransi. Targetnya rampung pada semester II-2018.

Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Jasa Konsultasi Kementerian BUMN, Gatot Trihargo menjelaskan, saat ini holding BUMN asuransi masih dalam tahap persiapan dan kajian.

"Mudah-mudahan semester II ini (selesai). Dalam sistem pengkajian sudah dilakukan dan dibicarakan. Izin belum ada dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), namun sudah dibicarakan," kata Gatot di kantornya, Jakarta, Senin (16/4/2018).

Gatot lebih jauh mengungkapkan, nantinya PT Jasa Raharja (Persero) akan menjadi induk holding dan di bawahnya akan ada Jasindo, Askrindo, dan Perum Jamkrindo.

"Holding itu bagus, meningkatkan kapasitas, meningkatkan efisiensi. Ini kan bagian dari menyamakan bisnis, sinergi bagian dari menyatukan sinergi. Unsur cost, operasional jadi lebih murah," ujarnya.

Gatot menjelaskan semula Jasindo yang ditunjuk sebagai induk dari holding asuransi. Akan tetapi setelah beberapa pertimbangan, akhirnya diputuskan Jasa Raharja yang menjadi induk.

"Dulu Jasindo, sekarang Jasa Raharja. Balance sheet-nya lebih bagus Jasa Raharja daripada Jasindo," ujarnya. 

Jasa Raharja dinilai lebih independen daripada asuransi pelat merah yang lain. Saat ini asuransi yang lain masih perlu mendapatkan suntikan dari pemerintah.

"Jasa Raharja usahanya lebih ke mana-mana, jadi lebih independen, income-nya sudah lebih baik. Kalau Jasindo kan masih perlu dibantu dengan tender dan lainnya. Cost of interest-nya lebih tinggi (Jasindo), kalau ini kan sudah lebih baik (Jasa Raharja). Jasa Raharja lebih unik, lebih khusus, dan fokus," tandas Gatot. 

 

Reporter : Yayu Agustini Rahayu Achmud

Sumber : Merdeka.com

Holding BUMN Perkebunan Siapkan Rp 16 Triliun buat Belanja Modal

Ilustrasi uang
Ilustrasi uang (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan mempunyai misi besar pada  2018. Holding BUMN perkebunan sedang restrukturisasi korporasi sehingga butuh dana relatif besar.

Salah satu pembiayaan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 16 triliun pada 2018. Holding BUMN perkebunan pun telah peroleh dukungan dari bank BUMN dan swasta.

"Keberhasilan holding Perkebunan Nusantara meraih fasilitas pinjaman menunjukan tingkat kepercayaan dan dukungan tinggi dari perbankan atas reputasi Perusahaan dalam mengelola bisnis perkebunan," tutur Wakil Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Dolly P. Pulungan dalam keterangan tertulis, pada 1 April 2018. 

Dalam dua tahun terakhir, bank-bank swasta yang telah memberikan komitmen pendanaan antara lain PT Bank DBS Indonesia, PT Bank Central Asia (BCA), Bank Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) Indonesia, Bank Industrial and Commercial Bank of China (ICBC) dan Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ (BTMU) Indonesia. 

Selain itu, BUMN perkebunan sedang  menjajaki dengan beberapa bank lain, antara lain PT Bank Permata Tbk, PT Bank UOB Indonesia, dan bank lainnya. Selain pembiayaan dari fasilitas bank, saat ini perseroan juga tengah menjajaki opsi alternatif pendanaan melalui penerbitan instrumen utang.

Sebelumnya, Holding BUMN perkebunan, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) akan meningkatkan produktivitas. Peningkatan ini salah satunya dengan mengkonversi sejumlah lahan yang tidak produktif menjadi lahan tebu.

Direktur Utama PTPN III Dasuki Amsir mengungkapkan, setidaknya akan ada 8.200 hektare (ha) lahan dari beberapa anak usahanya yang akan dikonversi menjadi lahan tebu.

"Untuk mengurangi ketergantungan kepada petani, kita tahun depan akan konversi 7.000 hektare lahan PTPN XII dan 1.200 hektar di PTPN IX, sebelumnya lahan karet menjadi lahan tebu," ujar Dasuki di Jakarta, Selasa 14 April 2017.

Upaya ini dilakukan untuk menjaga produktivitas perusaahan dalam hal produksi gula, mengingat saat ini dari seluruh pabrik gula yang dikelolanya saat ini, 90 persen tergantung pada petani tebu.

Dasuki mengaku saat ini produksi gula perusahaan sekitar 870 ribu ton tebu per hari. Diharapkan pada tahun depan akan meningkat menjadi 1,1 juta ton tebu per hari.

TIdak hanya meningkatkan jaminan ketersediaan tebu melalui pembukaan lahan mandiri, PTPN holdingjuga melakukan revitalisasi pabrik gula yang dimiliki. Saat ini rata-rata usia pabrik gula yang dimiliki di atas 100 tahun.

Setidaknya, akan ada 7 pabrik gula yang akan direvitalisasi. Pabrik itu adalah PG Mojo, PG Rendeng, PG Jatiroto, PG Asem Bagus, PG Bunga Mayang, PG Cinta Manis dan PG Gempolkrep.

"Selain itu, kita juga akan buka pabrik gula baru yang lebih modern, hingga 2020 kita akan ada satu pabrik gula baru lagi di Comal, kapasitas 600 ribu TCD," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya