Liputan6.com, Jakarta - Era digital mempengaruhi jumlah pekerja, hal ini dapat jelas terlihat dari pekerja tol yang telah tergantikan oleh mesin. Lantas, apa benar era digital memiliki pengaruh terhadap angka pengangguran?
Menanggapi hal tersebut, Direktur Operasional dan Sistem Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Fithri Hadi mengatakan, terobosan teknologi apakah menciptakan pengangguran atau tidak, dapat dipelajari dari sejarah.
Advertisement
Baca Juga
"Indikator pengangguran adalah hal yang paling penting bagi suatu negara. Sekarang terobosan teknologi apakah menciptakan pengangguran, kita dapat belajar dari sejarah, karena terus terang agak sulit untuk memprediksi masa depan," ujar dia saat menjadi pembicara dalam acara Inspirato Liputan6.com di SCTV Tower Lantai 8, Selasa (17/4/2018).
Menurut dia, dari sejarah, setiap ada inovasi baru, selalu memunculkan pertumbuhan skill talent baru untuk mengisi kekosongan skill talent baru itu di tempat lain.
Dia mencontohkan, dulu ban yang menjadi andalan transportasi yaitu berbasis materi besi, kemudian ditemukan terobosan ban karet. Pada saat itu timbul kegoncangan juga bagaimana rantai produsensi, bagaimana pekerja, dan lain-lain. Namun ternyata, selalu saja ditemukan jalan baru untuk mencari solusinya. Muncul profesi baru, muncul kebutuhan-kebutuhan baru dengan inovasi yang sama.
Contoh lain
Sementara di inovasi yang cukup revolusioner, dia mencontohkan, inovasi ditemukannya mesin uap pada waktu itu. Bagaimana pekerja sebelumnya akan hilang, namun ternyata tidak dan mereka tetap ada. Akan tetapi, pekerjaan baru muncul, dan muncul teknisi yang harus mengurusi mesin uapnya, muncul inovasi-inovasi yang harus diisi talent-talent untuk melengkapi mesin uap, dan contoh-contoh lain.
Oleh sebab itu, Fithri Hadi menyimpulkan tren digital sekarang menciptakan profesi baru, kebutuhan baru yang harus diisi. Menurutnya, zaman sudah membuktikan, peradaban dibentuk oleh inovasi dan setiap inovasi tidak serta merta menghilangkan pekerjaan. Pasti selalu ada pekerjaan baru yang muncul.
"Tergantung bagaimana kita sebagai individu untuk terus berinovasi, adaptif karena perubahan sekarang begitu cepat," ucapnya.
Advertisement
Ini Kata OJK soal Pengaruh Digitalisasi pada Bank
Sebelumnya, Direktur Operasional dan Sistem Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Fithri Hadi mengimbau masyarakat yang ingin atau yang sudah bekerja di bidang perbankan, terlebih menjadi teller, tidak perlu khawatir terhadap pengaruh digitalisasi pada perbankan.
Terkait masalah perkembangan teknologi digital akan mengubah lingkup pekerjaan teller menjadi digital, Fithri Hadi mengatakan sekarang ini pasar tidak serta-merta menghilangkan yang lama. Menurut dia, yang akan terjadi adalah padu-padan antara yang lama dengan yang baru.
"Pasti ada konsumen yang preferensinya masih yang lama, masih trust dengan ketemu orang. Itu tidak bisa dihilangkan, terutama yang masih melihat kelebihan dengan ketemu langsung," ujar dia saat menjadi pembicara dalam acara Inspirato Liputan6.com di SCTV Tower Lantai 8, Selasa 17 April 2018.
Menurut dia, konsumen yang sudah berusia akan lebih memilih teller karena mereka tidak mau mencoba yang baru. Sedangkan segmen muda akan memilih digital.
"Biasanya yang seperti itu (yang memilih teller) yang sudah berusia, di mana mereka tidak mau mencoba yang baru," ucapnya.
Oleh sebab itu, Fithri Hadi mengimbau agar masyarakat yang ingin atau yang sudah bekerja di perbankan, terutama menjadi teller, agar tidak perlu khawatir terhadap digitalisasi pada perbankan karena hal itu tidak akan berpengaruh.
"Jadi, jangan khawatir karena segmen pasar itu banyak. Jadi yang saya sebut tadi digital itu segmen muda, yang sudah senior tetap dengan cara lama, ketemu orang, ke teller, dan sebagainya. Jangan khawatir," tutur dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: