3 Kesalahan Ibu Milenial Saat Mengasuh Anak

Psikolog ungkap tiga kesalahan yang kerap dilakukan ibu milenial saat mengasuh anak. Salah satunya keengganan ibu untuk bertanya pada orang lain.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Apr 2018, 08:30 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2018, 08:30 WIB
Hal yang tak perlu orangtua tutupi di hadapan anak. (iStockphoto)
Kesalahan ibu milenial saat ini. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Di era digital seperti saat ini ibu milenial kerap memaksakan terget dalam hidup. Sayangnya, jika tidak tercapai, para ibu ini rentan stres. Hal itu disampaikan psikolog TigaGenerasi, Vera ltabiliana Hadiwidjojo. 

Selain itu, ada tiga kesalahan lainnya yang sering dilakukan ibu baru, terutama ibu millenial. Penasaran? Yuk, intip tiga kesalahan yang umum dilakukan ibu milenial seperti disampaikan Vera berikut ini.

1. Merasa bisa melakukan sendiri

Mudahnya mendapatkan informasi di era digital saat ini membuat ibu millenial tidak mau bertanya.

“Jadi mereka punya target, menekan diri sendiri agar target tercapai. Jadi enggak pake nanya-nanya dulu. Alhasil, ibu berusaha melakukannya sendiri. Jika tak terpenuhi, ibu mudah sters,” ujar Vera saat ditemui dalam acara Mothercare Serukan Kampanye "Senangnya Jadi lbu" untuk Para lbu Millenial' di Jakarta, beberapa waktu lalu.

 

 

 

Saksikan juga video menarik berikut:

Ibu yang harus serbatahu

Ilustrasi ibu dan gawai (iStock)
Ilustrasi gawai ibu dan anak (iStockphoto)

2. Ibu segala tahu

Seorang ibu berusaha menjadi sempurna, dengan tahu segalanya. Ketika anak berbicara A atau B, ibu harus tahu artinya. Padahal menjadi ibu tidak perlu sempurna, yang terpenting menjadi ibu yang baik sudah cukup.

Satu lagi, ibu juga perlu belajar lagi, agar tidak sok tahu untuk terlihat sempurna.

3. Tidak siap

Menurut Vera, ibu millenial sudah memiliki rencana seperti ketika memilih tempat lahir. Sayangnya, mereka tidak siap ketika pilihan tidak sesuai harapan.

“Sudah disiapkan bakal lahir di mana, tapi tidak sesuai. Ibu jadi stres karena tidak siap dengan segala kemungkinan yang terjadi. Jadi harus siap dengan kemungkinan terburuk. Sebab jika ibu sudah tidak siap saat melahirkan, akan terjadi baby blues ketika sudah memiliki anak,” paparnya.

Agar selalu siap menghadapi semua kemungkinan, Vice President Mothercare & ELC, Lina Paulina mengajak para ibu untuk berbagai pengalaman menjadi seorang ibu dan calon ibu  sering berbagi satu sama lain melalui platform media sosial dan kampanye seperti #senangnyajadi ibu ini dapat menjadi relevan.

"Kampanye Senangnya Jadi ibu itu ibarat sebuah tempat berkumpul ribuan ibu, ribuan cerita indah dan luar biasa mengenai pengalaman. Selain itu, para ibu zaman sekarang sangat dekat dengan media sosial, jadi segala informasi bisa diakses bersamaan dengan jangkauan yang luas," kata Lina. 

 

Penulis: Anisha Saktian Putri

Sumber: vemale.com

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya