Pasokan AS Bikin Harga Minyak Tertekan

Harga minyak acuan melemah usai persediaan minyak mentah yang tidak terduga dari Amerika Serikat.

oleh Agustina Melani diperbarui 24 Mei 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2018, 06:00 WIB
lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, New York - Harga minyak acuan melemah usai persediaan minyak mentah yang tidak terduga dan bensin di Amerika Serikat (AS) meski permintaan kuat. Hal itu mengingat pelaku pasar mempertimbangkan kemungkinan kenaikan produksi minyak mentah OPEC untuk tutupi kekurangan pasokan dari Iran dan Venezuela.

Persediaan minyak mentah AS naik 5,8 juta barel pada pekan lalu. Sementara itu, stok bensin naik 1,9 juta barel. Hal itu berdasarkan data the Energy Information Administration (EIA).

"Biasanya Anda tidak melihat pasokan pada saat ini. Hal itu berkaitan dengan ada perayaan Memorial Day dan musim panas mendatang. Kami harap hasilnya imbang. Ada pasokan besar itu mengejutkan,” ujar Tariq Zahir, Managing Member Tyche Capital Advisors, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (24/5/2018).

Harga minyak Brent melemah 23 sen menjadi USD 79,80 per barel. Sementara itu, harga minyak AS turun 36 sen menjadi USD 71,84 per barel.

"Persediaan 5,8 juta barel minyak itu mengundang pertanyaan dari mana minyak ini berasal. Ketika Anda melihat angka-angka itu tidak masuk akal. Ini benar-benar mengejutkan” ujar Analis Price Futures, Phil Flynn.

Ia menambahkan, peningkatan persediaan AS berasal dari kombinasi penurunan ekspor dan peningkatan impor. Menurut Flynn, hal tersebut mengejutkan. Hal ini karena minyak mentah Brent diperdagangkan lebih mahal USD 7 dari harga minyak mentah Amerika Serikat. Ini membuat ekspor lebih menarik.

Memang Sinopec, pengilangan terbesar di Asia akan meningkatkan impor minyak mentah AS ke level tertinggi. Ini karena China mencoba mengurangi defisit perdagangannya dengan AS. Hal itu berdasarkan sumber Reuters yang mengetahui hal tersebut.

 

Harga Minyak Hampir Naik 20 Persen pada 2018

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Harga minyak naik hampir 20 persen pada 2018. Kenaikan harga minyak terutama didorong pemangkasan pasokan oleh the Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan mitranya termausk Rusia.

OPEC dapat memutuskan meningkatkan produksi minyak setelah Juni. Ini karena produksi Venezuela tertekan, sanksi AS terhadap Iran, dan pemerintahan AS menyuarakan keprihatinan terhadap reli harga minyak.

“Sepertinya setiap harga di atas USD 80 menarik untuk dijual sekarang dan berpotensi membawa harga minyak konsolidasi. Saya pikir USD 77,50 atau bahkan USD 75 mungkin jadi fokus,” ujar Manager Senior Saxo Bank Ole Hansen.

Selain itu, harga minyak juga dipengaruhi meningkatnya ketegangan geopolitik yang dapat melemah produksi global.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya