Ingin Rupiah Stabil, Pemerintah Diminta Adopsi Ideologi Pancasila dalam Sistem Ekonomi

Jika sistem ekonomi ini mengadopsi ideologi Pancasila maka kekuatan ekonomi negara ini tidak hanya dikuasai oleh segelintir orang-orang konglomerat.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 03 Jul 2018, 18:42 WIB
Diterbitkan 03 Jul 2018, 18:42 WIB
Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta.
Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta.

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah dalam beberapa hari belakangan terus mendapat tekanan dari sentimen global. Rapuhnya rupiah dinilai tidak terlepas dari sistem ekonomi Indonesia yang kurang dalam.

Menurut Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta, kurang dalamnya ekonomi Indonesia akibat mulai memudarnya aplikasi ideologi Pancasila di dalam sistem ekonomi Indonesia.

Dia menilai, jika sistem ekonomi ini mengadopsi ideologi Pancasila maka kekuatan ekonomi negara ini tidak hanya dikuasai oleh segelintir orang-orang konglomerat.

"Pancasila ini harus diaplikasikan ke sistem ekonomi, maka kemudian kita nggak mudah ada problematika mengenai rupiah seperti belakangan ini," terang Arif dalam Seminar Nasional: Ekonomi Pasar Pancasila: Jalan Baru Ekonomi Indonesia di Hotel Le Meridiean, Jakarta, Selasa (3/7/2018).

Dia menyarakan, ekonomi Indonesia ini harus merata, salah satunya dengan meningkatkan peran koperasi sebagai agen masyarakat untuk mendapat akses pembiayaan.

"Memang negara ini punya BUMN, tapi itu biasa-biasa saja, itu kekuatannya juga tidak lebih besar dari 40 orang terkaya di Indonesia," kata dia.

Tidak hanya langsung dari pemerintah, peningkatan peran koperasi ini juga harus dilakukan oleh BUMN dengan sistem pendampingan.

Dengan terus meningkatnya peran koperasi di masyarakat maka aktivitas ekonomi akan lebih merata, dan tidak terlalu tergantung dengan dolar AS.

"Makanya dalam diskusi ini kita coba ingatkan kembali hal ini, supaya tidak kebablasan," pungkas dia. 

Sri Mulyani Sebut Ekonomi RI di 2017 Tertinggi dalam 3 Tahun Terakhir

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi 2
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menghadiri rapat paripurna mengenai laporan pemerintah mengenai pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara 2017.

Sri Mulyani membeberkan, pertumbuhan ekonomi 2017 terbaik dalam tiga tahun terakhir. "Perekonomian Indonesia pada 2017 tumbuh 5,07 persen, lebih tinggi dlbandingkan capaian tahun 2016 sebesar 5,03 persen. Pertumbuhan pada tahun 2017 merupakan pertumbuhan tertinggi selama 3 tahun terakhir, meskipun masih sedikit dibawah asumsi pertumbuhan ekonomi 2017 sebesar 5,2 persen," ujarnya di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Selasa (3/7/2018).

Dia menjelaskan, kondisi perekonomian global pada 2017 yang belum sepenuhnya pulih dapat diseimbangkan oleh faktor domestik yang lebih kondusif. Pertumbuhan ekonomi Indonesia didukung tingkat konsumsi masyarakat yang terjaga seiring dengan inflasi yang terkendali.

"Pembangunan infrastruktur pada 2017 juga memberikan dampak multiplier pada aktivitas ekonomi dalam negeri serta mutu pulihnya ekspor pada semester kedua tahun 2017. Dengan kinerja pertumbuhan ekonomi pada tahun 2017, angka Produk Domestrk Bruto (Atas Dasar Harga Berlaku) tahun 2017 mencapai Rp 13.588,8 triliun meningkat dibandingkan tahun 2016 yang sebesar Rp12.406,8 triliun," jelasnya.

Terkait inflasi, pemerintah berhasil menjaga inflasi tahun 2017 sebesar 3,61 persen, atau di bawah target inflasi yang telah ditetapkan dalam APBN-P tahun 2017, sekitar 4,3 persen.

Rendahnya tingkat inflasi tersebut dipengaruhi oleh terjaganya keseimbangan sisi permintaan dan penawaran dan juga rendahnya komponen harga yang diatur pemerintah.

 Reporter: Anggun P Situmorang

Sumber: Merdeka.com

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya