BI: Uang Beredar Tumbuh Melambat pada Mei 2018

Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar tumbuh melambat pada Mei 2018. Uang beredar hanya naik 6,1 persen.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Jul 2018, 20:56 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2018, 20:56 WIB
Bank Indonesia
Bank Indonesia (ROMEO GACAD / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar tumbuh melambat pada Mei 2018. Hal itu didorong perlambatan aktiva luar negeri bersih dan kontraksi operasi keuangan pemerintah.

Mengutip laman BI, Rabu (4/7/2018), likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tercatat sebesar Rp 5.436,6 triliun pada Mei 2018 atau tumbuh 6,1 persen, melambat dibandingkan pertumbuhan pada April 2018 sebesar 7,5 persen.

Perlambatan pertumbuhan M2 dipengaruhi oleh seluruh komponennya, terutama komponen uang kuasi. Uang kuasi tumbuh melambat dari 6,6 persen year on year (YoY) pada April 2018 menjadi 4,8 persen secara YoY pada Mei 2018. Sementara itu, uang beredar dalam arti sempit (M1) tumbuh 10,1 persen secara yoy pada Mei 2018. Ini relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 10,2 persen (YoY).

"Berdasarkan faktor yang memengaruhi, perlambatan M2 disebabkan oleh perlambatan aktiva luar negeri bersih serta kontraksi operasi keuangan pemerintah," tulis laporan BI.

Pertumbuhan aktiva luar negeri bersih pada Mei 2018 tercatat 0,4 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 6,4 persen (yoy).

Kontraksi operasi keuangan pemerintah tercermin dari penurunan pertumbuhan tagihan kepada Pemerintah Pusat (Pempus) dari 12,5 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 8,7 persen (yoy) pada Mei 2018. Perlambatan pertumbuhan M2 tersebut tertahan oleh akselerasi pertumbuhan kredit yang tercatat sebesar Rp4.908,9 triliun atau tumbuh 10,2 persen (yoy) pada Mei 2018, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh 8,9 persen (yoy).

Adapun dampak peningkatan suku bunga kebijakan BI terhadap suku bunga kredit dan simpanan berjangka masih terbatas. Perkembangan suku bunga sampai dengan Mei 2018 tercatat masih melanjutkan dampak penurunan suku bunga kebijakan Bank Indonesia di periode sebelumnya.

Pada Mei 2018, rata-rata tertimbang suku bunga kredit perbankan tercatat sebesar 11,06 persen  atau turun 4 basis poin dari bulan sebelumnya. Sementara itu, suku bunga simpanan berjangka dengan tenor 3, 6, 12 dan 24 bulan pada Mei 2018 masing-masing tercatat sebesar 5,79 persen, 6,14 persen, 6,34 persen, dan 6,74 persen, turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 5,83 persen, 6,16 persen, 6,37 persen, dan 6,78 persen.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tak Ada Uang Palsu Ditemukan pada Periode Lebaran 2018

Penukaran Uang Di Monas
Petugas menghitung uang pecahan saat kegiatan penukaran di Lapangan IRTI Monas, Jakarta, Rabu (23/5). Masyarakat akan dilayani secara langsung dengan menggunakan stand mobil dari 14 bank baik swasta maupun bank BUMN. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia (BI), Suhaedi mengungkapkan jumlah uang palsu selama periode Lebaran 2018 masih terkendali. Bahkan menurutnya tidak ditemukan satupun kasus peredaran uang palsu di masyarakat.

"Kami pantau selama ini perkembangannya sangat menggembirakan. Jumlahnya tetap terkendali. Selama Lebaran ini tidak ditemukan atau dilaporkan mengenai dugaan uang palsu," kata Suhaedi saat ditemui dalam acara open house Gubernur BI, di Kebayoran, Jakarta Selatan, Jumat 15 Juni 2018.

Suhaedi mengungkapkan rasio uang palsu belum berubah yaitu 3:1 juta. Artinya, dalam satu juta lembar hanya ditemukan tiga lembar uang palsu. Angka tersebut jauh menurun dibanding tahun lalu dengan rasio 9:1 juta. Uang yang kerap dipalsukan adalah nominal dengan pecahan besar seperti Rp 100 ribu dan Rp 50. ribu.

"Tahun lalu sekitar 9 lembar dari 1 juta lembar uang. Sekarang masih relatif terkendali pada level 3 lembar per 1 juta lembar uang yang beredar. Dalam 1 juta lembar uang, ada 3 lembar uang palsu," ujarnya.

Menurunnya temuan uang palsu dinilai karena semakin tingginya kesadaran dan edukasi masyarakat terkait cara-cara mengenali keaslian Rupiah. Selain itu, masyarakat juga sudah semakin cepat tanggap saat menemukan uang palsu.

"Masyarat sudah semakin tahu mengenai ciri-ciri khas uang rupiah. Masyarakat begitu cepat mengenali. Temuan uang palsu sebagian besar berasal dari masyarakat yang begitu cepat tahu saat menerima pembayaran dari seseorang, diduga palsu, dan sudah dilaporkan." kata dia.

 

 Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya