Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2018 sebesar 5,27 persen. Angka ini lebih baik jika dibandingkan periode yang sama di 2017 yang saat itu 5,01 persen ataupun kuartal I 2018 yaitu 5,06 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, jika dilihat dari penyebaran wilayah, pertumbuhan ekonomi Indonesia timur cukup tinggi, terutama untuk wilayah Maluku dan Papua yang mencapai 18,18 persen (yoy).
"Pertumbuhan Indonesia Timur di Papua paling tinggi, ini karena faktor tambang. Harga beberapa komoditas mulai membaik," kata Suharyanto di kantornya, Senin (6/8/2018).
Advertisement
Baca Juga
Hanya saja dia mengingatkan bahwa tingginya pertumbuhan ekonomi ini bukan berarti permasalahan ketertinggalan ekonomi Indonesia Timur terselesaikan. Pemerataan ekonomi harus menjadi fokus kinerja pemerintah agar ekonomi Indonesia lebih stabil.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi wilayah Sulawesi pada kuartal II 2018 sebesar 6,75 persen (yoy), Kalimantan 3,31 persen (yoy), Bali dan Nusa Tenggara 3,75 persen (yoy), Pulau Jawa 5,69 persen (yoy) dan Sumatra 4,65 persen (yoy).
Pria yang akrab dipanggil Kecuk itu mengungkapkan meski pertumbuhan ekonomi di Papua dan Maluku paling tinggi namun kontribusi terhadap angka pertumbuhan ekonomi nasional masih minim.
Penyumbang terbesar masih didominasi oleh Pulau Jawa dan Sumatra yang memiliki kontribusi sebesar 58,61 persen dan 21,54 persen.
Sementara untuk Bali dan Nusa Tenggara konstribusinya sebesar 3,06 persen, Kalimantan 8,05 persen, Sulawesi 6,2 persen serta Maluku dan Papua hany berkontribusi 2,54 persen.
"Ini menandakan kalau pemerataan ekonomi harus terus dilakukan," pungkas Kecuk.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ramadan dan Lebaran
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2018 sebesar 5,27 persen. Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan periode sama tahun lalu hanya 5,01 persen.
"Pertumbuhan ini cukup bagus. Dan pendorong utamanya karena di triwulan II ini ada momen Ramadan dan Lebaran," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Senin (6/8/2018).
Dia menjelaskan selain lebih tinggi jika dibandingkan periode sama 2017, angka ini juga lebih tinggi dibandigkan pertmbuhan ekonomi triwulan I 2018 yang saat itu 5,06 persen.
"Memang ini cukup bagus, namun kalau di 2018 ditargetkan sebesar 5,4 persen, ini masih belum capai target," tambah dia.Â
BACA JUGA
Realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2018 ini di atas perkiraan ekonom. Pengamat Ekonomi ‎Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira, mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2018 diprediksi berada pada kisaran 5,15 persen.
Salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal II adalah pencairan tunjangan hari raya (THR) dan libur panjang Lebaran. Hal ini menjadi stimulus bagi konsumsi rumah tangga.
"Konsumsi rumah tangga memang terbantu besarnya kenaikan THR dan libur panjang. Serapan belanja pemerintah, khususnya belanja pegawai, juga menstimulus ekonomi nasional. Meskipun tantangannya kelas menengah masih menahan belanja untuk antisipasi kenaikan harga BBM nonsubsidi dan pangan di semester II," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com.
Advertisement