Penetapan Capres dan Cawapres Jadi Katalis Positif di Pasar Keuangan

Risiko ketidakpastian dinilai berkurang seiring diumumkannya penetapan capres dan cawapres

oleh Agustina MelaniMerdeka.com diperbarui 10 Agu 2018, 13:28 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2018, 13:28 WIB
IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Suasana di salah satu ruangan di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Sebelumnya, Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pelaku pasar menilai sosok calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) untuk pemilihan presiden (Pilpres) 2019 yang sudah diumumkan jadi sentimen positif untuk pasar keuangan. Hal tersebut mengurangi ketidakpastian di pasar.

Presiden petahana Joko Widodo (Jokowi) memilih Ma’ruf Amin sebagai calon wakil presiden dalam Pilpres 2019. Sementara itu, Prabowo Subianto memilih Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden.

Kepala Riset PT RHB Sekuritas Indonesia, Henry Wibowo menuturkan, pengumuman calon presiden dan wakil presiden baik dari  Jokowi dan Prabowo Subianto berdampak positif ke pasar keuangan. Hal itu karena memberikan kepastian lebih baik.

Henry menilai, pasar tidak lagi penasaran dengan ada pengumuman tersebut. Selain itu, ia menilai Jokowi dan Prabowo sama-sama berikan kejutan dalam memilih calon wakil presidennya.

"Jokowi sangat smart dan out of the box. Strateginya sangat bagus untuk mendapatkan religion support. Prabowo juga agak surprise karena sebelumnya ada terdengar nama AHY dan Anies. Akhirnya terpilih Sandiaga Uno untuk gaet suara milenial dan businessman,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (10/8/2018).

Ia menambahkan, ada dua kandidat dalam pemilihan presiden 2019 juga berikan kepastian dan kurangi risiko politik.

"Ini hanya ada dua kandidat.Kalau ada tiga kandidat berikan ketidakpastian karena kurang dari 50 persen akan pemilihan umum lagi sehingga efeknya uncertainty,” kata dia.

Henry mengatakan, di tengah tahun politik, investor akan cenderung wait and see. Investor akan melihat bagaimana dampaknya bagi ekonomi. Meski begitu, Henry tetap yakin, IHSG akan berada di posisi 6.200 pada akhir 2018.

Target tersebut dinilai tidak terlalu signifikan. Hal itu dipengaruhi kinerja emiten sepanjang 2018. Nilai tukar rupiah melemah dan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia bayangi kinerja emite. Ditambah ketidakpastian politik. "Target 6.200 akhir tahun bisa," kata dia.

 

Tak Terlalu Ubah Kebijakan Ekonomi

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya memutuskan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KM Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden untuk mendampinginya di Pilpres 2019. Hal ini diputuskan usai Presiden Jokowi dan partai koalisi melakukan pertimbangan panjang. 

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pengumuman capres dan cawapres ini mempengaruhi sentimen pasar terkait dengan prospek perekonomian Indonesia dalam lima tahun ke depan. Dia mengatakan, pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin tidak akan mengubah kebijakan ekonomi secara signifikan.

"Dengan terpilihnya pak Ma’ruf Amin sebagai cawapres Pak Jokowi, diharapkan akan mendukung solidnya koalisi Jokowi sehingga dapat meningkatkan peluang pak Jokowi untuk melanjutkan masa jabatannnya menjadi 2 periode," Ujar Josua melalui pesan singkat di Jakarta, Jumat 10 Agustus 2018.

"Hal tersebut mengindikasikan bahwa kebijakan perekonomian diperkirakan cenderung tidak mengalami perubahan yang signifikan," sambung Josua. 

Selain itu, dengan dipilihnya Ma’ruf Amin, isu politik indentitas dapat diredam sedemikian sehingga tetap menjaga stabilitas politik jelang pemilu tahun 2019. 

"Harapan pelaku pasar adalah bagaimana keberlanjutan dunia usaha dan stabilitas pasar keuangan dapat dipertahankan mengingat persepsi investor global cenderung positif bagi pemerintahan saat ini," jelas Josua. 

Josua melanjutkan, ke depan capres dan cawapres yang menang dalam Pilpres mendatang dapat membenahi isu-isu struktural dalam perekonomian sehingga visi ekonomi Indonesia pada 2045 untuk keluar dari middle income trap dapat tercapai. 

"Di samping itu pula, jika petahana menang dalam pemilu 2019 mendatang, harapan pasar adalah kebijakan reformasi struktural dapat dilanjutkan sedemikian sehingga akan memperkokoh fundamental ekonomi Indonesia dalam jangka panjang," tutur dia.

 

Reporter: Anggun P.Situmorang

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya