Bea Masuk Produk Otomotif RI 0 Persen ke Australia, Ini Respons Gaikindo

Indonesia dan Australia kini tengah memasuki babak akhir perundingan kerja sama perdagangan atau Indonesia-Australia

oleh Bawono Yadika diperbarui 07 Sep 2018, 19:46 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2018, 19:46 WIB
Ekspor Mobil Naik 20 Persen pada Semester Pertama 2017
Ratusan mobil yang siap diekspor terparkir di Tanjung Priok Car Terminal, Jakarta, Selasa (8/8). Kemenperin mencatat, ekspor Mobil pada periode Januari-Juni 2017 meningkat 20,5% dibandingkan periode yang sama tahun 2016. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan Australia kini tengah memasuki babak akhir perundingan kerja sama perdagangan atau Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).

Salah satu dalam perjanjian tersebut, adalah pembebasan bea masuk 0 persen untuk produk otomotif. Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Yohannes Nangoi menilai, ini merupakan langkah yang baik bagi pemerintah untuk meningkatkan ekspor RI. 

"Salah satu tujuan kita memang ke sana, bahwa kita mengharapkan adanya free trade agreement antara Indonesia dan Australia. Karena Australia ini pasar mobil yang bagus buat Indonesia," tutur dia saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (7/9/2018).

Yohannes juga menekankan, pasar ekspor untuk kendaraan mobil di Australia sangatlah menjanjikan.

"Karena Australia marketnya itu sendiri cukup besar yaitu 1,2 juta kendaraan per tahun," ujar dia.

"Jadi negara penghasil mobil terdekat dengan Australia adalah Indonesia. Mudah-mudahan kita bisa mengekspor mobil kita dengan bea masuk 0 persen itu," tambah dia.

Oleh karena itu, dia optimistis ekspor kendaraan mobil RI bakal naik. Meski demikian, transaksi ekspor mobil juga harus disesuaikan dengan jenis kebutuhan kendaraan dari Australia.

"Mobilnya harus cocok dulu dengan kebutuhan mereka. Kalau enggak cocok, enggak bisa ekspor. Misal mereka minta sedan, kita enggak ada. Tapi mereka marketnya SUV kita punya yang namanya fortuner, ekspander baru bisa ekspor," kata dia.

Namun, Yohanes menuturkan, kendaraan sedan merupakan mobil dengan pasar terlaris di dunia. 

"Marketnya jika kita lihat sedan itu bisa 30 juta unit per tahun, marketnya besar, Indonesia harus bisa ekspor sedan juga," ujar dia.

"Ini yang sedang dikerjakan oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin), yaitu harmonisasi tarif sehingga Indonesia ke depan bisa buat MPV, sedan, yang merupakan kendaran-kendaraan terlaku di dunia," tutur dia. 

 

Produk RI Nikmati Bea Masuk 0 Persen ke Australia

Mitsubishi Xpander Siap Diekspor
Deretan mobil Mitsubishi Xpander yang siap diekspor melalui IPC Car Terminal, PT IKT, Cilincing, Jakarta, Rabu (25/4). Pengiriman akan dimulai untuk, sebelum Thailand, Vietnam dan pasar ekspor lainnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, perundingan kerja sama perdagangan antara Indonesia dan Australia atau Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) telah memasuki babak akhir.

Setelah enam tahun dirundingkan, pada November 2018 perjanjian kerja sama perdagangan tersebut akan ditandatangani oleh kedua negara. 

Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag), Imam Pambagyo mengatakan, pencapaian perjanjian kerja sama ini menjadi angin segar bagi Indonesia di tengah kondisi global seperti saat ini. Melalui kerja sama ini, Indonesia bisa menggenjot ekspor produknya ke Australia.

"Capaian ini merupakan momentum yang tepat bagi kedua negara di tengah situasi saat ini dan cukup signifikan. Karena dua ekonomi negara besar di kawasan ini bisa kerjasama ini supaya berintegrasi dan bermitra," ujar dia di Kantor Kemendag, Jakarta, Jumat 7 September 2018.

Direktur Perundingan Bilateral Kemendag, Ni Made Ayu Marthini mengatakan,‎ melalui perjanjian kerja sama ini, Australia berkomitmen untuk memberikan tarif 0 persen kepada produk-produk Indonesia. Hal ini tentu akan mendorong ekspor Indonesia ke Negeri Kanguru tersebut.

"Ada sekitar kurang lebih 7.000 pos tarif (produk Indonesia) yang mendapatkan 0 persen. Kalau dari sana (produk Australia) hanya sekitar 90 persen. Tidak semuanya," kata dia.

Dia menuturkan, produk-produk Indonesia yang mendapatkan bea masuk 0 persen antara lain produk otomotif seperti sepeda motor, mobil hybrid dan listrik. 

Kemudian, tekstil produk tekstil seperti pakaian, t-shirt, celana dan jersey. Produk-produk tersebut mendapatkan tarif bea masuk 0 persen dari sebelumnya 5 persen. Hal ini membuat produk-produk tekstil Indonesia mampu berkompetisi dengan Malaysia, Thailand, Vietnam yang sebelumnya sudah mendapatkan pembebasan tarif.

Selain itu, produk herbisida dan pestisida yang juga mendapatkan tarif 0 persen dari sebelumnya lima persen. Produk lain yaitu peralatan elektronik, permesinan, karet dan turunannya, kayu dan turunannya, kopi, coklat, serta kertas yang sudah mendapatkan bea masuk 0 persen dapat lebih ditingkatkan ekspornya melalui konsep economic powerhouse.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya