Pembajakan Bikin Industri Film Rugi Rp 636 Miliar per Tahun

Pembajakan sangat merugikan bagi industri film, tidak hanya secara material tetapi juga secara moral.

oleh Merdeka.com diperbarui 13 Sep 2018, 12:26 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2018, 12:26 WIB
Indonesia Film Business Outlook 2019, di Arthotel Thamrin, Jakarta, Kamis (13/9/2018). (Anggun P. Situmorang/Merdeka.com)
Indonesia Film Business Outlook 2019, di Arthotel Thamrin, Jakarta, Kamis (13/9/2018). (Anggun P. Situmorang/Merdeka.com)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) bersama Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) melakukan riset terkait industri perfilman di Tanah Air. Hasil riset menunjukkan, salah satu tantangan industri perfilman Indonesia adalah pembajakan.

Pembajakan ini diindikasikan dilakukan dengan membuat substifusi film asli dalam bentuk fisik seperti DVD maupun non-fisik seperti saluran online berbayar dengan streaming gratis.

Hasil Riset Bekraf dengan LPEM terkait dampak pembajakan film mengakibatkan hilangnya pendapatan pada usaha perfilman sekitar Rp 31 miliar hingga Rp 636 miliar per tahun.

Ketua Umum Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI) Fauzan Zidni, mengatakan pembajakan ini sangat merugikan bagi industri film. Tidak hanya merugikan secara material tetapi juga secara moral.

"Adanya pembajakan ini tidak hanya merugikan secara material. Secara morilnya lebih besar. Tidak bisa dihitung," ujar Fauzan di Hotel Arhotel, Jakarta, Kamis (13/9/2018).

Pembajakan kata Fauzan, sangat sulit untuk dihilangkan. Namun hal ini dapat dikendalikan dengan mengatur konten-konten yang ada di internet melalui iklan yang ditampilkan ketika pencarian film dilakukan.

"Pembajakan itu enggak bisa semua dihilangkan secepat mungkin. Tidak bisa ditangkap dengan mudah. Melalui iklan iklan di website bisa dikendalikan, mereka enggak dapat uang dari iklan pasti bisa," jelasnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Laju Pertumbuhan Tertinggi

[Bintang] Premier film Wiro Sableng 212
Premier film Wiro Sableng 212 (Deki Prayoga/bintang.com)

Terkait hasil riset tentang capaian makro subsektor film, meskipun kontribusinya masih belum dibilang besar namun pertumbuhan film nasional pada 2016 telah mencapai dua digit, yakni 10,1 persen. lni artinya meningkat 3,42 persen dari tahun sebelumnya.

Subsektor film, animasi don video tercatat sebagai salah satu subsekfor ekonomi kreatif dengan laju pertumbuhan yang paling tinggi. Ternyata 10,96 persen pengusaha atau perusahaan di subsektor film, animosi don video memiliki pendapatan di antara Rp 2,5 miliar sampai dengan Rp 50 miliar.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya