Liputan6.com, New York - Harga minyak turun lebih dari dua persen dengan harga minyak Brent susut dari level tertinggi dalam empat bulan.
Hal ini didorong investor fokus dengan risiko krisis negara berkembang. Ditambah sengketa perdagangan dapat menekan permintaan bahkan ketika pasokan mengencang.
The International Energy Agency memperingatkan meski pasar minyak mengetat dan permintaan minyak dunia akan capai 100 juta barel per hari dalam tiga bulan mendatang, risiko ekonomi global memuncak.
Advertisement
"Ketika memasuki 2019, kemungkinan risiko yang kami prediksikan datang dari ekonomi negara berkembang, sebagian besar karena depresiasi mata uang terhadap dolar AS. Hal itu dapat meningkatkan biaya impor energi," seperti dikutip dari badan internasional energi tersebut, seperti dikutip dari laman Reuters, Jumat (14/9/2018).
Baca Juga
Selain itu, risiko dari ketegangan perang dagang juga pengaruhi harga minyak. Adapun harga minyak dunia Brent turun USD 1,56 atau dua persen ke posisi USD 78,18 per barel. Harga minyak acuan tersebut sentuh posisi level tertinggi pada Rabu pekan ini di posisi USD 80,13, yang merupakan level tertinggi sejak 22 Mei.
Harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) merosot USD 1,78 atau 2,5 persen ke posisi USD 68,59 per barel. Kedua harga minyak acuan itu membukukan kenaikan terbesar dalam satu hari.
"Harga tergelincir di awal sesi seiring investor fokus pada laporan the IEA," ujar Direktur Mizuho, Bob Yawger.
Ia menambahkan, harga minyak kembali tertekan usai Presiden AS Donald Trump mengunggah status dalam akun media sosial twitter yang menyatakan AS tidak berada dalam tekanan untuk buat kesepakatan perdagangan dengan China.
Perusahaan AS di China kena imbas dari memuncaknya perang dagang antara AS dan China. Hal itu berdasarkan survei. Sejumlah pelaku usaha AS pun melobi pemerintahan Trump untuk kembali mempertimbangkan dalam melakukan pendekatan.
Pemerintahan AS pun mengundang China untuk kembali melakukan pembicaraan di tengah persiapam penerapan tarif barang impor China senilai USD 200 miliar.
AS Bakal Jadi Produsen Minyak Terbesar di Dunia
Sekretaris Energi AS, Rick Perry memuji anggota Organisa Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia untuk mencegah lonjakan harga minyak selama kunjungan ke Moskow.
Sedangkan harga minyak pada pekan ini didukung oleh penarikan lebih besar dari perkiraan dalam persediaan minyak mentah AS, dolar AS melemah dan penurunan produksi AS. Hal itu berdasarkan catatan Commerzbank.
Produksi minyak mentah AS turun 100 ribu barel per hari menjadi 10,9 juta pada pekan lalu Karena industri hadapi kendala kapasitas pipa.
Meski produksi mingguan tergelincir, AS mungkin melampaui Rusia dan Arab Saudi untuk menjadi produsen minyak mentah terbesar di dunia. Meski EIA tidak mempublikasikan produksi minyak mentah Rusia dan Arab Saudi dalam jangka pendeknya, EIA berharap produksi AS akan terus melebihi produksi Rusia dan Arab Saudi hingga 2019.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement