Bappenas: RI Perlu Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi Jadi 6 Persen

Bappenas menilai tantangan pemerintah terbesar saat ini adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

oleh Merdeka.com diperbarui 12 Nov 2018, 13:25 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2018, 13:25 WIB
Investasi Meningkat, Ekonomi Indonesia Kuartal 1 Tumbuh 5,06 Persen
Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (7/5). Pertumbuhan ekonomi kuartal 1 2018 tersebut lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada periode sama dalam tiga tahun terakhir. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Depok - Kementerian Perencanaan dan Pembangunan atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) menilai tantangan pemerintah terbesar saat ini adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Sebab di tengah kondisi ekonomi global, ini menjadi tantangan bagi Pemerintah Indonesia. Staf Ahli Kementerian PPN/Bappenas, Bambang Priambodo, mengatakan selama beberapa tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di sekitaran lima persen.

Menurut dia, angka ini jauh di bawah rata-rata sebelum Asian Financial.  "Pertumbuhan ekonomi akan lebih buruk jika kita tidak melakukan apa-apa," kata dia dalam Seminar Indonesia Economic Outlook, di Universitas Indonesia (UI), Depok, Senin (12/11/2018).

Bambang mengatakan, apabila Indonesia ingin menjadi ekonomi berpenghasilan tinggi, pemerintah perlu meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga mendekati enam persen. Caranya dengan melakukan upaya seperti mengubah kebijakan yang dapat menguntungkan Indonesia.

"Oleh karena itu, kita perlu mengisi kesenjangan lima persen hingga enam persen dengan reformasi kebijakan," ujar dia.

Sebagai catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2018 sebesar 5,17 persen. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2018 sebesar 5,27 persen.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Ekonom Ini Ungkap Penyebab Ekonomi RI Sulit Tembus 7 Persen

2018, Menko Perekonomian Patok Pertumbuhan Ekonomi Harus 5,4 Persen
Pemandangan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (28/4). Pertumbuhan ekonomi Indonesia, menurut Darmin Nasution, masih kecil lantaran belum ada orientasi ekspor dari industri dalam negeri. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli memaparkan alasan ekonomi Indonesia sulit tembus 7 persen. Dia mengatakan kebijakan ekonomi pemerintah saat ini ketat.

"Kebijakannya ini base on osterity, pengetatan. Budget dipotong terus. Diuber pajak tapi cara ubernya tidak canggih, akibatnya ekonomi yang ada melambat," katanya pada Jumat 9 November 2018.

Penasihat ekonomi pasangan calon Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Sandiaga Uno ini mencontohkan negara Eropa yang bisa membuat stimulus supaya ekonomi tidak anjlok. Sementara kebijakan yang diterapkan pemerintah saat ini belum pas.

"Negara lain kalau ekonomi melambat misal Eropa, dia ciptakan stimulus supaya ekonominya pulih lebih cepat. Stimulus seperti apa? macam-macam seperti kemudahan apa," ujar Rizal.

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2018 sebesar 5,17 persen. Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya 5,06 persen.

"Pertumbuhan ekonomi ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kuartal III 2017 sebesar 5,06 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto.

Suhariyanto menjelaskan meski lebih tinggi jika dibandingkan periode sama 2017, angka ini lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2018 yang tercatat 5,27 persen.

"Kita masih punya satu triwulan lagi hingga akhir tahun. Kalau itu bagus kami harap pertumbuhan ekonomi secara tahunan bagus," tandasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya