Liputan6.com, New York - Harga minyak menguat pada hari Jumat (Sabtu pagi WIB) didukung harapan bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan setuju untuk memangkas produksi bulan depan. Namun, harga minyak pekan ini berakhir lebih rendah dibanding minggu lalu dipicu kekhawatiran kelebihan pasokan.
Raksasa OPEC Arab Saudi ingin produsen utama memangkas produksi sekitar 1,4 juta barel per hari, sekitar 1,5 persen dari pasokan global untuk mendukung pasar, sumber mengatakan kepada Reuters pekan ini. Tetapi produsen lain termasuk Rusia enggan menyetujui pemotongan.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari Reuters, Sabtu (17/11/2018), harga minyak Brent naik USD 19 sen atau 0,3 persen menjadi USD 66,81 per barel. Harga patokan minyak global ini mencetak kenaikan dalam tiga hari berturut-turut sejak menyentuh level terendah delapan bulan pada hari Selasa, tetapi turun lebih dari 4,7 persen dibanding penutupan minggu lalu.
Harga minyak mentah AS naik USD 8 sen atau 0,1 persen menjadi USD 56,54 per barel setelah sebelumnya mencapai sesi tertinggi USD 57,96 per barel dan jatuh ke level terendah USD 55,89 per barel.
Kontrak tersebut mencetak kerugian satu hari paling tajam dalam lebih dari tiga tahun pada hari Selasa. Harga minyak mentah AS berada di jalur penurunan dengan pelemahan hampir 6 persen dalam seminggu, minggu keenam penurunan berturut-turut.
Para menteri OPEC bertemu pada 6 Desember di Wina untuk memutuskan kebijakan produksi untuk enam bulan ke depan di tengah kelebihan pasokan minyak di pasar dunia.
Produksi minyak mentah AS mencetak rekor baru sebesar 11,7 juta barel per hari pada pekan lalu, data pemerintah menunjukkan. Perusahaan pengeboran minyak di AS menambahkan dua rig minyak minggu ini, sehingga jumlah total menjadi 888, masih merupakan level tertinggi sejak Maret 2015, perusahaan jasa energi General Baker Co Baker Hughes mengatakan dalam laporannya.
Jumlah rig dilihat sebagai indikator pertumbuhan produksi di masa depan. Amerika Serikat juga memberlakukan sanksi terhadap ekspor minyak Iran bulan ini dan ekspor minyak mentah Iran telah turun tajam dalam beberapa bulan terakhir, meskipun Washington menahan pukulan dengan memberikan beberapa pengecualian sementara.
Takut mengulang pelemahan harga 2014, OPEC secara luas diperkirakan akan mulai segera memangkas produksi. Ini bisa menghasilkan rebound harga yang cepat, beberapa analis mengatakan, terutama jika produksi turun lebih jauh di Venezuela dan Libya.