Liputan6.com, Jakarta Direktur Pakan Kementerian Pertanian (Kementan) Sri Widayati, mengatakan pihaknya terus berupaya mendorong ketersediaan pakan bagi peternak ayam. Salah satu upaya, dengan memperkenalkan pakan alternatif.
Hal ini dilakukan sebagai cara untuk mengantisipasi fluktuasi ketersediaan jagung bagi peternak ayam. Dengan kehadiran pakan ternak alternatif ini diharapkan bisa membuat peternak tidak terlalu bergantung pada jagung sebagai satu-satunya sumber pakan.
"Karena ada unsur-unsur waktu dan tempat yang berbeda antara ketersediaan jagung dan kebutuhan industri perunggasan yang relatif terus ada sedangkan ketersediaan jagung yang fluktuatif, bisa jarak, waktu, tempat, dan musim," kata dia, di Jakarta, Rabu (28/11/2018).
Advertisement
Dia bahkan sudah membicarakan rencana produksi pakan alternatif dengan perusahaan produsen pakan. Rencana tersebut pun mendapat tanggapan positif dari produsen pakan
"Saya sudah komunikasi dengan salah satu pabrikan yang bersedia, asal ada pasarnya,"Â jelas dia.
Meskipun demikian, dia mengakui bahwa tidak semua peternak nyaman dengan pakan alternatif. Pada umumnya peternak masih nyaman dengan jagung sebagai pakan unggas mereka.
"Kebiasaan peternak yang sulit menerima pakan alternatif yang sebenarnya bisa itu diadakan," jelasnya.
Dia pun mengatakan dirinya kerap turun langsung dan bertemu dengan peternak untuk memperkenalkan pakan ternak alternatif tersebut. "Dalam beberapa kesempatan saya roadshow untuk menawarkan," tandasnya.
Â
Reporter: Wilfridus Setu Umbu
Sumber: Merdeka.com
Begini Hitungan Peternak Soal Dampak Kenaikan Harga Jagung ke HPP Telur
Wakil Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar), Eddy Wahyudin mengatakan kenaikan harga jagung menjadi salah satu faktor yang membuat harga produksi telur di tingkat peternak naik.
Kenaikan harga jagung berdampak karena 70 persen dari komposisi pembentuk harga pakan ditempati komoditas pertanian ini.
"70 persennya harga jagung. Jadi tiap kenaikan Rp 100 perak dari jagung, maka dia punya potensi menaikkan harga pakan Rp 70 perak," kata dia di Jakarta, Rabu (28/11/2018).
Baca Juga
Dengan demikian, tutur dia, jika harga jagung naik dari Rp 4.500 naik ke Rp 5.500 atau sebesar Rp 1.000 per kilogram (kg), maka potensi menaikan harga pakan hingga Rp 700 per kg.
Naiknya harga pakan ini, lanjut dia, tentu akan berdampak signifikan pada harga pokok produksi (HPP) tiap 1 kg telur di tingkat peternak. Sebab HPP telur amat bergantung pada harga pakan.
"Harga Pokok Produk dilihat dari harga pakan. (Rumus untuk menghitung HPP) 3,5 kali harga pakan," jelasnya.
Dia menambahkan saat ini harga pakan komplit yang dibeli peternak sebesar Rp 5.500 per kilogram, naik dari harga sebelumnya Rp 4.500. Ini tentu membuat HPP di tingkat peternak naik.
"Rp 5.500 kalau dikali 3,5 itu berarti memang harga sudah Rp 19.200 di tingkat peternak. Kita belum bicara di pasar baru di tingkat produksi," ujarnya.
Selain kenaikan harga jagung, dua mengatakan bahwa kenaikan harga telur ayam ras di tingkat peternak juga dapat disebabkan berkurangnya produksi akibat cuaca yang mulai musim hujan.
"Juga dipengaruhi oleh efisiensi produksi," tandasnya.
Reporter: Wilfridus Setu Umbu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement