Peternak Ungkap Penyebab Tingginya Harga Telur Ayam

Pemerintah memutuskan untuk membuka keran impor jagung hingga 100 ribu ton di akhir tahun.

oleh Septian Deny diperbarui 30 Nov 2018, 10:00 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2018, 10:00 WIB
Harga Telur Ayam Mulai Merangkak Turun di Pasar Minggu
Penjual merapikan telur dagangannya di Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (24/7). Harga telur ayam mengalami penurunan di angka Rp 26 ribu per kilo. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga jagung dinilai menjadi penyebab tingginya harga telur di pasaran belakangan ini. Pasalnya, jagung merupakan bahan baku utama pakan ayam ternak.

Presiden Forum Peternak Layer Nasional, Musbar Mehdi mengatakan, mekanisme harga telur yang melonjak di pasar disebabkan oleh biaya produksi yang meningkat. Biaya produksi tersebut berasal dari biaya pakan ternak.

"Salah satu bahan baku pakan adalah jagung yang juga mengalami kenaikan dan mengalami kelangkaan. Semua ini adalah rentetan dari harga telur yang naik,” ujar dia di Jakarta, Jumat (30/11/2018).

Menurut dia, ketersediaan dan keterjangkauan harga pakan oleh para peternak sangat penting. Jika para peternak sulit mendapatkan pakan karena harga yang melambung tinggi, maka berdampak pada kenaikan harga telur.

"Di mana bahan pakan penting harganya bisa dijangkau masyarakat. Bicara soal produksi tidak ada yang proteksi umum. Kepentingan masyarakat umum itu sama dengan kepentingan nasional. Biaya pakan 50 persen itu dari jagung," ungkap dia.

Oleh sebab itu, lanjut Musbar, pemerintah harus menjaga stabilitas dan ketersediaan pakan. Dia berharap agar jagung impor bisa secepatnya tiba di Tanah Air.

"Apabila tiba di Indonesia pada awal tahun 2019, bisa tidak dapat terserap oleh peternak mandiri karena bersamaan dengan panen raya, di mana harga jagung di petani lebih murah," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Buka Keran Impor

Harga Telur Ayam Mulai Merangkak Turun di Pasar Minggu
Penjual merapikan telur dagangannya di Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (24/7). Harga telur ayam mengalami penurunan di angka Rp 26 ribu per kilo. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Direktur Aneka Kacang dan Umbi, Kementerian Kementerian (Kementan), Ali Jamil mengatakan, pemerintah telah memutuskan untuk membuka keran impor jagung hingga 100 ribu ton di akhir tahun. Hal ini dilakukan di tengah perhitungan produksi jagung di 2018 yang diperkirakan surplus hingga 12,98 juta ton.

Namun demikian, lanjut dia, Kementan tetap mendorong peningkatan produksi pertanian dalam negeri. Dengan harapan akan meningkatkan kesejahteraan petani lokal khususnya.

Menurut Ali, keputusan impor ini diambil sebagai upaya penyelamatan peternak ayam mandiri, serta menjaga stabilitas harga ayam dan telur.

"Sebagai upaya melindungi masyarakat konsumen dengan menjaga harga pasokan bahan pangan dan stabilitas harga di pasar. Sehingga angka inflasi terjaga sebagaimana yang ditargetkan pemerintah," tutur dia.

Jaga Stabilitas

Harga Telur Ayam Mulai Merangkak Turun di Pasar Minggu
Penjual menunjukkan telur dagangannya di Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (24/7). Harga telur ayam mengalami penurunan di angka Rp 26 ribu per kilo. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Sedangkan Kasatgas Kordinasi dan Solusi, Satgas Pangan, Kombes Pol Krisnandi mengatakan, pihaknya akan selalu melakukan komunikasi, kordinasi dan kolaborasi dengan kementerian, asosiasi dan peternak dan petani untuk menjaga stabilitas harga jagung dan telur di Tanah Air.

“Stabilitas harga jagung, merupakan peran dari petani jagung, perusahaan pakan ternak dan pemangku kepentingan yakni Kementan, Kemendagri dan Perum Bulog. Tak hanya itu juga akan mengawasi kelancaran distribusi mulai dari hulu ke hilir sehingga tercipta ketersediaan jagung pakan dan harga jagung yang stabil,” tandas Krinandi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya