Pesan Makan Lewat Aplikasi Meningkat, Konsumsi Rumah Tangga RI Melonjak

BPS mencatat konsumsi rumah tangga mencapai 5,05 persen pada 2018 dari periode sama tahun sebelumnya 4,94 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Feb 2019, 20:27 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2019, 20:27 WIB
Kulit sehat
Ilustrasi kulit sehat karena makanan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV-2018 sebesar 5,18 persen secara year on year (yoy).

Pertumbuhan ekonomi sepanjang 2018 mencapai 5,17 persen. Angka ini juga menjadi salah satu capaian tertinggi pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak 2014.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Sri Soelistyowati mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada 2018 tidak terlepas dari daya beli masyarakat yang mulai tumbuh.

Tercatat, pada periode tersebut konsumsi rumah tangga pada 2018 mencapai 5,05 persen, atau meningkat dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 4,94 persen.

Soelostyowati mengatakan, pada umumnya tren konsumsi rumah tangga sudah dalam kondisi baik yakni berada di kisaran 5 persen. Hal ini terlihat pada kuartal III 2018 saja sektor konsumsi rumah tangga tercatat sebesar 5,03 persen.

"Tapi semua indikator ini bagus, tapi sharenya ke leisure itu sekarang agak meningkat. Terlihat sekarang ibu-ibu agak malas masak, jadi kalau kita belanja makanan jadi, akomodasi, transportasi, rekreasi sekarang shifting ke sana," kata dia saat dijumpai di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (6/2/2019).

Di samping itu, lanjut dia, makanan jadi juga menjadi faktor penyebab konsumsi rumah tangga meningkat. Berdasarkan data BPS, untuk sektor restoran telah terjadi peningkatan sebanyak 5,74 persen. Angka ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya 5,43 persen.

"Mungkin orang lebih suka selfie daripada masak makanan karena barang makanannya itu relatif melambat, sementara yang konsumsi makanan jadi naik. Jadi makanan jadi misalnya yang beli di restoran dan belanja lewat go-food itu naik," kata dia.

Dia mengatakan, peningkatan pengiriman tersebut juga terlihat berdasarkan dari hasil survei di seluruh kabupaten kota yang dilakukan oleh BPS. Jadi dari hasil survei tersebut, setiap kuartal-nya ditemukan besaran angkanya.

"Setiap triwulan kami tracking. Ke pelaku jasa delivery juga kami cross check tapi kami ada survei ke pengeluaran, pertanyaannya detail dan itu dilakukan setiap bulan. Ada panel dan pergerakannya," kata dia.

Perlu diketahui, pertumbuhan konsumsi rumah tangga sepanjang 2018 sebesar 5,05 persen. Angka itu menjadi tertinggi sejak 2015. Pada 2015, konsumsi rumah tangga hanya capai 4,96 persen. Kemudian pada 2016, meningkat sebesar 5,01 persen, dan menurun kembali pada 2017 sebesar 4,94 persen.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Ekonomi RI Tumbuh 5,17 Persen pada 2018

2018, Menko Perekonomian Patok Pertumbuhan Ekonomi Harus 5,4 Persen
Pemandangan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (28/4). Pertumbuhan ekonomi Indonesia, menurut Darmin Nasution, masih kecil lantaran belum ada orientasi ekspor dari industri dalam negeri. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV-2018 sebesar 5,18 persen secara year on year (yoy). Angka ini naik tipis jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2018 yang hanya 5,17 persen.

Kepala BPS, Suhariyanto, menyampaikan secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dari kuartal I-IV 2018 mencapai 5,17 persen. Namun, secara kuartal ke kuartal, pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun sebesar 1,69 persen.

"Ekonomi indonesia tumbuh 5,18 persen kalau dibandingkan kuartal IV-2017. Jadi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2018 5,18 persen dibandingkan kuartal III-2018 kuartal ke kuartal (q to q) minus 1,69 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Rabu 6 Februari 2019.

Suhariyanto menjelaskan, laju pertumbuhan kuartal IV-2018 ini juga lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada 2017 sebesar 5,19 persen. Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018 sebesar 5,17 persen jauh lebih baik sejak 2014 lalu.

"Dengan pertumbuhan ekonomi indonesia 5,18 persen maka sepanjang 2018 sebesar 5,17 persen. Ini tren yang bagus sekali terbaik sejak tahun 2014 ke depan banyak kebijakan ekonomi Indonesia lebih bagus di tengah ekonomi global tidak tentu arahnya," tutur dia.

Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014 hanya mencapai 5,01 persen. Kemudian, untuk 2015 menurun menjadi 4,88 persen. Di 2016 menunjukan kenaikan kembali sebesar 5,03 persen, dan pada 2017 mencapai sebesar 5,07 persen.

"Saya akan bilang 5,17 sepanjang 2018 capaian yang cukup menggembirakan," ujar dia.

Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir prediksi, pertumbuhan ekonomi pada 2018 capai 5,2 persen.

"Karena 3 triwulan tahun 2018 saja sudah 5,17 persen. Dengan perkiraan pertumbuhan triwulan IV sebesar 5,2 persen maka pertumbuhan 2018 mendekati kisaran 5,2 persen," ujar Iskandar melalui pesan singkat, Jakarta, Senin 4 Februari 2019.

Iskandar mengatakan, faktor pendukung pertumbuhan ekonomi sepanjang 2018 adalah konsumsi dan investasi. Sementara itu ekspor belum terlalu menggeliat disebabkan oleh perlambatan yang terjadi selama beberapa bulan.

"Kalau ekspor mesti di nett kan dengan impor yang hasilnya mendekati 0. Jadi kalaupun ekspor melambat tapi nett nya hampir 0. Dengan melihat perkembangan tersebut dan pertumbuhan konsumsi 5,1 persen akibat pilpres dan pileg," kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya