Laba BUMN Indonesia Kalahkan Malaysia, Pertama Kali Sejak 1998

Aset BUMN pada 2018 sebesar Rp 8.092 triliun tumbuh 12,23 persen dibanding 2017 sebesar Rp 7.210 triliun.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Mar 2019, 12:48 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2019, 12:48 WIB
Layanan Perbankan di Masa Libur Idul Fitri
Nasabah melakukan transaksi di cabang Bank Mandiri Pertamina UPMS III, Jakarta, Rabu (28/6). Bank Mandiri memberikan layanan perbankan terbatas kepada nasabah secara bergantian pada musim liburan Idul Fitri 26-30 Juni 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Management (LM) FBE Universitas Indonesia (UI) menyatakan, 20 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sudah listed atau perusahaan terbuka mampu ungguli BUMN Malaysia.

Managing Director Lembaga Management (LM) FEB Universitas Indonesia, Toto Pranoto menilai performa 20 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia yang sudah listed atau menjadi perusahaan terbuka mampu menopang pertumbuhan pendapatan dan total aset yang cukup bersaing dibandingkan dengan BUMN di negeri tetangga, seperti Malaysia dan Singapura. 

"Data kinerja perusahaan pelat merah yang dirilis Kementerian BUMN beberapa waktu lalu tersebut, menunjukkan daya saing tersendiri jika dibandingkan terhadap BUMN di Malaysia dan Singapura," kata dia, dalam Seminar, di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (13/3/2019).

Aset BUMN pada 2018 sebesar Rp 8.092 triliun tumbuh 12,23 persen dibanding 2017 sebesar Rp 7.210 triliun. Sementara dibandingkan periode 2015 sebesar Rp 5.760 triliun, maka teriadi lonjakan aset hingga Rp 40,48 persen. 

Potret lain mengenai kinerja operasional BUMN secara agregat cukup memuaskan dilihat dari ekuitas tahun 2018 sebesar Rp 2.479 triliun atau tumbuh 4,16 persen dibanding 2017, Rp 2.380 triliun, dan tumbuh 24,51 persen dibanding 2015 Rp 1.991 triliun.

Laba 2018 sebesar Rp 188 triliun, tumbuh 1,08 persen dibanding 2017 Rp186 triliun, dan tumbuh 25,33 persen dibanding 2015 sebesar Rp150 triliun.

Kontribusi BUMN terhadap negara pun meningat. Pada 2018 kontribusi dalam bentuk pajak, dividen, dan PNBP lain sebesar Rp 422 triliun, tumbuh 19,21 persen dibanding Rp 340 triliun pada 2017, dan tumbuh 39,27 persen dibanding 2015, Rp 303 triliun. 

Dia juga menerangkan, sepanjang 2018, untuk pertama kalinya dalam sejarah sejak reformasi 1998, BUMN Indonesia unggul dibandingkan BUMN Malaysia.

"Kinerja Khazanah atau BUMN Malaysia di 2018 justru mengalami penurunan, di mana pada tahun tersebut untuk pertama kalinya mencatatkan kerugian RM 6,3 miliar atau sekitar USD 1,5 miliar atau dalam rupiah berarti rugi Rp 21 triliun," ungkapnya. 

Dalam kondisi dinamika bisnis dan daya saing global yang cukup memberikan tekanan di herbagai bidang -misalnya dipengaruhi perang dagang AS dan China, Khazanah benar-benar berada dalam keterpurukannya.

Jika melihat kondisi perekonomian Malaysia, penurunan kinerja Khazanah karena perubahan kondisi fundamental perusahaan yang kurang baik, volatilitas pasar yang meningkat, dan dipengaruhi adanya faktor perubahan regulasi. 

Sementara jika mengacu pada capaian kinerja Temasek, kata Toto, kinerja BUMN Singapura sepanjang tahun lalu relatif stabil dan bisnisnya terus meningkat.

"Kunci keberhasilan yang terlihat dari Temasek antara lain dipengaruhi portofolio yang sangat terdiversifikasi di seluruh dunia; adanya otonomi penuh pada model management investment holding, dan sudah memiliki talent management yang baik," urai Toto. 

 

Reporter: Wilfiridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Pemerintah Malaysia Lirik Model BUMN di Indonesia

Rupiah Tetap Berada di Zona Hijau
Teller tengah menghitung mata uang rupiah dan dolar di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (10/1). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah berada di zona hijau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, keterpurukan Khazanah sepanjang 2018 justru membuat pemerintah Malaysia sejak awal tahun ini mulai melirik model pengembangan BUMN seperti yang telah dilakukan di Indonesia.

Dalam kajian LM FEB Ul, perubahan management Khazanah terlihat pada aspek yang fundamental, yakni pembedaan BUMN secara tegas antara sisi komersial dan pelayanan publik atau public service obligation (PSO). 

"BUMN kita bertahan dengan model pengembangan sisi komersial dan non profit oriented dalam pembangunan dan pelayanan publik, maupun sebagai pioneering pada sektor tertentu. lni dapat menunjukkan bahwa sistem pengembangan BUMN perlu menyesuaikan dengan natural condition bisnis di suatu negara," tutur dia. 

Dia pun menyatakan, tahun politik membawa nuansa yang berbeda terhadap penilaian kinerja BUMN. Jika dilihat dari tren pemberitaan sepanjang satu tahun terakhir. Masyarakat disajikan data tentang kinerja BUMN yang dianggap loyo, dihinggapi hutang menumpuk, dan dianggap mematikan sektor swasta. 

Toto menuturkan, tren pemberitaan dengan tone negatif memang tidak mengganggu semangat kerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Namun tanpa disadari, tone negatif pemberitaan BUMN telah mengaburkan capaian prestasi kinerja BUMN dalam satu tahun terakhir ini. 

"Topiknya kenapa prospek BUMN di tahun politik sebetulnya bukan kita masuk ke sisi politik tapi lebih kita melihat BUMN sebagai entitas ekonomi secara lebih utuh. Jadi BUMN bukan hanya sebagai item memasuki event-event tertentu, tapi melihat secara holistik bagaimana perkembangan dan inovasi-inovasi yang terkait bagaimana kita improve kinerja BUMN sebagai entitas ekonomi yang bisa tunbh independent dan punya daya saing," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya