Liputan6.com, Banten - Pemerintah terus melanjutkan program listrik 35.000 MW. Kini, ekstensi keempat PLTU Lontar, Banten akan siap beroperasi pada September 2019 untuk membantu memasok listrik di daerah Banten hingga Jakarta.
Proyek yang bekerja sama dengan Jepang ini menggunakan batu bara low rank. PLN menyebut proyek ini untuk memenuhi kebutuhan pelanggan baik industri maupun masyarakat agar mendorong roda ekonomi di Indonesia, terutama pulau Jawa.
Namun, PLN khawatir bila malah digunakan untuk kebutuhan perumahan. Hal itu dianggap bisa mengurangi potensi Banten sebagai kawasan industri yang menjanjikan.
Advertisement
"Sayangnya, daerah Banten terdesak menjadi perumahan, ekspansi sudah mulai ke Barat. Ini tentu mengurangi kesempatan Banten untuk menjadi daya dukung industri di Indonesia," ujar Direktur Regional Jawa Bagian Barat PLN Haryanto WS pada acara press briefing di PLTU Lontar, Tangerang, Jumat (29/3/2019).
Baca Juga
"Kita mengharapkan bagaimana Banten ini terus menjadi daerah kawasan industri berat, yang akan didukung PLN dengan sistem yang sangat kuat, sehingga masalah reliability, kecukupan, tak jadi isu lagi," ujar dia.
Haryanto menuturkan, menjadikan Banten sebagai kawasan industri bisa membantu ekonomi nasional dengan cara meningkatkan produk ekspor. Alhasil, defisit transaksi berjalan bisa teratasi karena adanya industri manufaktur.
Posisi Banten yang dekat sarana transportasi laut pun membuat bahan baku tersedia dengan mudah, ditambah lagi aksesnya yang hanya sekitar dua jam dari Jakarta. Ia pun menyayangkan jika orientasi Banten malah mengarah ke sektor perumahan ketimbang industri.
"Bahan baku ada di sini, baja di sini, listriknya kuat, infrastrukturnya kuat, jangan disia-siakan," tegasnya.
Siap Beroperasi September
Sebelumnya, proyek PLTU Lontar dengan kapasitas 315 MW sudah mencapai 86 persen. PLTU Lontar rencananya bisa beroperasi pada September mendatang. Jika selesai, PLTU ini bisa memperkuat kapasitas listrik Jawa-Bali dan menghemat pengeluaran PLN.
"Pembangunan PLTU Lontar saat ini telah mencapai 86 persen, dan salah satu kegiatan yang penting yaitu pelaksanaan boiler hydrotest telah dilakukan pada bulan ini sehingga diharapkan pada tahun ini diharapkan bisa beroperasi dan menambah kapasitas listrik di Jawa dan Bali dengan baik," ucap GM PLN Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Barat (UIP JBB) Ratnasari Sjamsuddin pada press briefing di PLTU Lontar, Balaraja, Jumat 28 Maret 2019.
Sisa 14 persennya hanyalah pemasangan sisa-sisa peralatan penunjang yang juga sudah disediakan. Nantinya, proyek strategis ini ditujukan mendukung listrik berbagai industri di Banten, sehingga masalah kecukupan listrik tak lagi menjadi masalah.
Proyek ini melibatkan tiga konsorsium yaitu Sumitomo Corporation, Black & Veatch International Company, dan PT Satyamitra Suray Perkasa dengan tanggal kontrak 17 September 2015. Nilai kontraknya sebesar Rp 1,43 triliun dan pinjaman dari Japan Bank for International Corporation (JBIC).
PLTU Lontar ini adalah ekspansi dari tiga unit eksisting 315 MW. Direktur Regional Jawa Bagian Barat PLN Haryanto WS menyebut bila semua unitnya beroperasi maka bisa menyerap 1,5 juta ton batu bara tiap tahun yang umumnya dipasok dari daerah Kalimantan.
"Proyek ini sangat strategis karena akan menambah kapasitas listrik Jawa-Bali, akan memperkuat sistem kelistrikan Jakarta dan Banten, akan mengurangkan biaya produksi, kemudian akan mengurangkan subsidi, dan akan meningkatkan keandalan PLN yang ada di Jakarta-Banten," ujar Haryanto.
Sejauh ini, PLTU Lontar menyerap 2.000 orang tenaga lokal dan hanya 40 orang tenaga asing. "Tenaga asing cuman 2 persen saja," ujar Haryanto.
Haryanto juga memastikan PLTU ini akan mengurangi biaya listrik jadi lebih murah dan kompetitif dengan negara-negara tetangga, sementara untuk masalah polusi akibat batu bara, Haryanto menyebut batu bara ini sudah dibatasi di Jawa dan PLN memiliki teknologi untuk meminimalkan polusi.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement