5 Pekerjaan Rumah Presiden Terpilih di Bidang Ekonomi

Kelima hal ini diharapkan bisa menjadi perhatian pemerintahan selanjutnya untuk terus diperbaiki.

oleh Septian Deny diperbarui 22 Apr 2019, 09:31 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2019, 09:31 WIB
Keakraban Jokowi dan Prabowo Usai Debat Kedua Pilpres
Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kanan) bersalaman usai debat kedua Pilpres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Pengusaha memberikan lima catatan yang menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi Presiden dan Wakil Presiden periode 2019-2024 di bidang ekonomi. Kelima hal ini diharapkan bisa menjadi perhatian pemerintahan selanjutnya untuk terus diperbaiki.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan, kelima hal tersebut antara lain, pertama, masalah penciptaan lapangan kerja.

Dia mengungkap meski angka pengangguran mengalami penurunan, namun jumlah penyerapan tenaga kerja masih belum sebanding dengan angkatan kerja baru yang tersedia setiap tahunnya.

"Masalah penciptaan lapangan kerja, ini meski data BPS menunjukkan angka pengangguran sudah bisa ditekan tetapi tetap kurang. Dalam arti jumlah angkatan kerja kita tiap tahun sekitar 3 juta, ini angka yang besar, yang bisa terserap paling hanya separuhnya," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (22/4/2019).

Kedua, meningkatkan produksi dan daya saing produk nasional. Hal ini diharapkan bisa membuat Indonesia lebih mandiri dan tidak bergantung dari produk impor.

"Meningkatkan output produksi nasional. Jadi beragam upaya untuk mendorong pertumbuhan produksi kita harus didukung, tidak ada lagi hambatan-hambatan," kata dia.

‎Ketiga, yaitu mendorong ekspor lebih tinggi lagi. Jika produksi meningkatkan, maka produk-produk yang dihasilkan juga harus didorong untuk menembus pasar ekspor dengan diiringi peningkatan kualitas dan daya saing produk tersebut.

"‎Ini termasuk juga meningkatkan daya saing, sejalan dengan meningkatkan output produksi nasional. (Ekspor) Sekarang kita agak ketinggalan dibandingkan yang lain," ungkap Hariyadi.

 

Pekerjaan Rumah Lainnya

Jadi Bali Baru, Destinasi Wisata Kepulauan Seribu Semakin Nyaman dan Rapi
Sebagai salah satu dari 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) atau “Bali Baru”, Kepulauan Seribu kini semakin nyaman dan rapi.

Keempat yaitu mendorong sektor pariwisata agar bisa menghasilkan devisa lebih besar dan menghidupkan ekonomi di daerah.

Menurut Hariyadi, Indonesia mempunyai potensi pariwisata yang besar, namun belum bisa optimalkan secara baik.

"Pariwisata ini harus diberikan penekanan yang besar. Kita ini seperti raksasa tidur, ini yang belum dioptimalkan," jelas dia.

Kelima dan yang tidak kalah penting, yaitu menjaga makro ekonomi. Hal ini penting guna memberikan kepastian bagi para pengusaha dan investor yang menanamkan modalnya di Tanah Air.

"Kemudian juga menjaga makro ekonomi, seperti menjaga inflasi, nilai tukar rupiah, menjaga pertumbuhan ekonomi," tandas dia.

Hasil Quick Count Pilpres 2019 Bikin IHSG Meroket Pekan Ini

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat selama sepekan. Hal itu didukung aksi beli investor asing dan hasil hitung cepat pemilihan presiden (Pilpres) 2019 yang sesuai harapan pasar.

Mengutip laporan PT Ashmore Asset Management Indonesia, seperti ditulis Sabtu (20/4/2019), IHSG menguat 1,58 persen dari posisi 6.405 pada Jumat 12 April 2019 menjadi 6.507 pada Kamis 18 April 2019.

Level IHSG sentuh 6.507 terjadiusai pemilihan umum (Pemilu) 2019. Hasil hitung cepat Pilpres 2019 menjadi katalis positif untuk IHSG. Dari penghitungan sementara pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin unggul dari pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.

Selain itu, saham kapitalisasi besar di indeks saham LQ45 melonjak 2,15 persen. Selama sepekan, aksi beli investor asing capai USD 24 juta di pasar saham.

Sementara itu, indeks obligasi hanya naik terbatas 0,36 persen. Hal ini seiring pelaku pasar lebih besar alokasikan dana di saham ketimbang obligasi menyambut Pemilu 2019.

Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun berada di kisaran 7,69 persen. Nilai tukar rupiah pun menguat ke posisi 14.045 per dolar AS. Hingga perdagangan Selasa, aksi jual investor asing di pasar obligasi mencapai USD 1,1 miliar.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya