Pemerintah Diminta Tarik Investasi Industri Pendukung Mainan

Dengan adanya industri pendukung di dalam negeri, pengusaha dapat lebih mudah mendapatkan bahan-bahan produksi.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Mei 2019, 18:14 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2019, 18:14 WIB
Libur Lebaran, Anak-Anak Serbu Toko Mainan
Suasana saat warga memilih mainan yang dijual di Pasar Gembrong, Jakarta, Selasa (19/6). . (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Pengusaha mainan plastik mengajukan beberapa saran kepada pemerintah terkait pengembangan industri mainan anak ke depan. Salah satunya meminta pemerintah untuk lebih menarik investasi terkait pembangunan industri pendukung mainan plastik.

Direktur Utama PT SHP Plastik, Harry Tio, mengatakan dengan adanya industri pendukung di dalam negeri, maka pihaknya akan lebih mudah mendapatkan bahan-bahan untuk keperluan produksi.

"Tarik yang bikin spare parts, industri yang mendukung. Kalau dia (perusahaan yang berinvestasi) mainan juga nanti dia bersaing sama kita," kata dia, di Kantornya, Jakarta, Selasa (7/5/2019).

Dengan demikian, lanjut Harry, bahan pendukung lebih mudah diperoleh. Jika bahan pendukung lebih mudah diperoleh, maka pihaknya akan mendapatkan kepastian usaha dan kelancaran dalam berproduksi.

Sebagai contoh, selama ini, pihaknya mengimpor bahan pendukung industri dari China. Jika pada satu waktu ada kendala pengiriman, maka proses produksi akan terganggu, sehingga dia harus menunda pengiriman barang yang sudah dipesan.

"Kalau China belum kirim, saya minta mereka (pembeli) menunggu," jelas dia.

Dia juga meminta agar impor bahan baku dipermudah. Sebab hingga saat ini pihaknya masih mengimpor bahan baku dari luar.Sedangkan dalam negeri industri petrokimia yang menjadi sandaran pelaku industri mainan anak, belum berkembang.

 

Genjot Daya Saing

Anak main di lantai (iStock)
Ilustrasi anak bermain di lantai (iStockphoto)

Pemilik dan Direktur Utama PT Megah Plastik, Handrick Sutjiadi, mengatakan beberapa industri pendukung seperti yang menyuplai baut saat ini belum berkembang di Indonesia.

Jika ada maka, industri tersebut merupakan penyuplai baut untuk industri, bukan industri mainan anak.

Perlu diketahui pula, bahwa spesifikasi baut untuk industri mainan berbeda dengan yang diperuntukkan bagi industri otomotif. Karena itu jika pihaknya hendak membeli baut untuk keperluan mainan dari supplier lokal maka harganya akan tidak kompetitif dibandingkan dengan jika membeli baut impor dari China.

"Baut satu piece Rp 25 perak di Indonesia, kita beli pakai ton dari China. Jadi tidak hitung piece," jelas dia.

Dia pun optimistis, jika industri pendukung dapat tumbuh dan disediakan, maka industri mainan anak di Indonesia akan tumbuh lebih baik dan dapat meningkatkan daya saing.

"Untuk meningkatkan daya saing kita butuh supplier lokal. Tolong disediakan sehingga harga dan waktu kita bisa bersaing," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya