Liputan6.com, Jakarta - Yayasan Batik Indonesia kembali menyelenggarakan Gelar Batik Nusantara (GBN). Pameran ini merupakan upaya yang dilakukan untuk mempromosikan dan mengembangkan Batik Indonesia.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, salah satu tantangan industri batik dalam negeri terdapat pada desain. Sebagai produk yang bertalian dengan lifestyle, desain batik tentu mesti selalu dapat beradaptasi dengan keinginan masyarakat.
"Tantangan tentu desain. Namanya lifestyle tergantung pada desain dan selera dari publik," kata dia saat ditemui, di JCC, Jakarta, Rabu (8/5/2019).
Advertisement
Meskipun demikian, dia optimistis tantangan tersebut dapat diatasi. Sebab saat ini sudah cukup banyak kreasi desain yang dilakukan oleh pelaku industri batik.
Baca Juga
"Kita lihat banyak batik yang sudah bisa menciptakan desain modern. Artinya dari segi warna, desain, juga campur dengan tenun, campur dengan embroidery, ini sulaman itu hal yang sangat baik," ujarnya.
Terkait ekspor, Airlangga mengatakan bahwa tahun ini pihaknya menargetkan nilai ekspor batik dapat mencapai USD 60 juta. Pada tahun 2018, nilai ekspor batik mencapai USD 52,44 juta.
"Ekspor batik tentu mempunyai pasar yang cukup besar. Mendekati USD 60 juta per tahun. Ini kita dorong. Kalau ini biasanya kita targetkan USD 6-8 persen pertumbuhan. Untuk batik saja. Tapi kalau kita bicara dengan tenun dan lainnya," ungkap Airlangga.
Sebagai informasi, pameran yang mengusung tema 'Lestari Tak Berbatas' ini menargetkan jumlah transaksi sebesar Rp 27,5 miliar selama 5 hari pelaksanaan. Sementara jumlah pengunjung ditargetkan mencapai 13 ribu orang.
"Tentu kita lihat antusiasme masyarakat ke depan. Selama ini pameran yang diselenggarakan di tempat ini, animo masyarakat bagus," tandasnya.
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ekspor Tenun dan Batik Ditargetkan Naik 10 Persen Tahun Ini
Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menargetkan ekspor produk tenun dan batik naik 10 persen pada tahun ini. Di 2018, ekspor kedua komoditas asli Nusantara ini tercatat sebesar USD 53,3 juta.
Airlangga mengatakan, tenun dan batik Indonesia merupakan produk dengan nilai tambah yang tinggi. Oleh sebab itu, wajar jika nilai ekspornya meningkat setiap tahun.
BACA JUGA
"Kita targetkan tahun ini naik 10 persen. Ini kan high fashion, itu nilai tambahnya tinggi dan sangat unik. Ini tekstil bukan sebagai komoditas," ujar dia di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (20/3/2019).
Dia menjelaskan, selama ini ekspor tenun dan batik Indonesia mayoritas ke negara-negara maju seperti Jepang, Belanda dan Amerika Serikat (AS). Namun dengan desain yang semakin beragam, diharapkan bisa menarik lebih banyak negara untuk membeli tenun dan batik Indonesia."Apalagi sekarang ini kemampuan dari kain dan lain-lain sudah banyak format dan bentuknya," kata dia.
Selain itu, Airlangga juga meminta para pengerajin serta pengusaha tenun dan batik untuk terus berinovasi, khususnya dalam hal bahan baku. Sehingga, tenun dan batik Indonesia bisa bersaing dengan produk sejenis dari negara lain.
"Tadi juga sudah ada substitusi dari sutra dan pabriknya sudah ada di Sukoharjo. Ini didorong untuk berani memakai material baru, sehingga dari segi desain dan kenyamanan dipakai semakin meningkat," tandas dia.
Advertisement