Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak jatuh dalam penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Pendorong utama penurunan harga minyak adalah meningkatnya tensi perang dagang yang akan menganggu permintaan akan minyak mentah.
Namun, penurunan harga minyak tak begitu dalam karena adanya pengendalian produksi yang dijalankan oleh organisasi pengekspor minyak (OPEC) dan ketegangan politik di timur tengah.
Mengutip Reuters, Kamis (30/5/2019), harga minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional untuk harga minyak, mengakhiri sesi di USD 69,45 per barel, turun 66 sen, atau 0,9 persen setelah sebelumnya sempat menyentuh level terendha di USD 68,08 per barel.
Advertisement
Baca Juga
Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 33 sen atau 0,6 persen dan menetap di USD 58,81 per barel, setelah mencapai titik terendah di USD 56,88, terendah sejak 12 Maret.
Kekhawatiran akan perang dagang membuat investor menghindari aset-aset berisiko seperti minyak. Perang dagang antara AS dengan China diperkirakan akan berdampak kepada perlambatan ekonomi global sehingga juga akan menurunkan permintaan minyak mentah.
Namun penurunan harga minyak tidak terlalu adalam karena adanya pengetatan pasokan. OPEC dan beberapa negara sekutu seperti Rusia sepakat untuk menahan produksi semi mendorong harga minyak.
"OPEC dan sekutunya akan bertemu pada bulan Juni atau Juli untuk membahas kebijakan output, dengan kemungkinan menghasilkan perpanjangan kebijakan pemotongan yang telah berlaku sepanjang 2019," kata Mihir Kapadia, kepala eksekutif Sun Global Investments.
"Kami berharap pasar akan tetap terkontrol sampai pertemuan nanti karena investor berusaha menghindari mengambil risiko sampai ada gambaran yang jauh lebih jelas." tambah dia.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Perdagangan Sebelumnya
Pada perdagangan sehari sebelumnya, harga minyak mentah berjangka AS naik hampir 1 persen karena banjir yang melanda seluruh wilayah Midwest, AS sehingga menghambat aliran minyak mentah dari pusat penyimpanan utama AS di Cushing, Oklahoma.
"Banjir tampaknya telah berdampak ke pusat distribusi di seluruh AS. Memperlambat aliran yang keluar dari Cushing dan menciptakan penawaran yang lebih tinggi ke WTI," kata Phillip Streible, analis senior di RJO Futures, Chicago.
Daerah yang dilanda banjir di Arkansas dan Oklahoma terus meluas karena luapan dari sungai Arkansas. Hijan lebat yang tak berhenti selama beberapa hari membuat sungai tersebut meluap. Diperkirakan hujan masih belum akan mereda sehingga luapan air tersebut akan semakin meluas.
Harga minyak sebelumnya terus masuk dalam perangkap dan terombang-ambing antara kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi dan ekspektasi bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya akan memperpanjang kesepakatan.
OPEC dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC +, akan bertemu pada 25-26 Juni untuk membahas kebijakan pemangkasan produksi, tetapi masih belum jelas apakah pakta produksi mereka akan diperpanjang.
"Arab Saudi tampaknya mendukung untuk memperpanjang pengurangan produksi karena output AS naik," kata Gene McGillian, wakil presiden riset pasar di Tradition Energy.
Advertisement