Agar Untung, Pabrik BUMN Perlu Dapat Impor Gula Mentah

Sejumlah pabrik gula pemerintah telah dimodernisasi sehingga dipastikan mampu berkompetisi dengan pabrik gula swasta.

oleh Septian Deny diperbarui 29 Jun 2019, 18:31 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2019, 18:31 WIB
Geliat Petani Tebu di Tengah Ekspansi Gula Impor
Aktivitas petani tebu di Desa Betet, Pesantren, Kediri, Jatim pada akhir September lalu. Pada tahun 2018, stok gula konsumsi surplus 2,4 juta ton dengan rincian stok sisa akhir tahun 2017 sebesar 1 juta ton. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Petani tebu menilai sudah sepantasnya pabrik gula yang dikelola PTPN mendapat prioritas penugasan impor gula mentah (raw sugar) pada musim giling 2019.

Ketua Umum Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), HM Arum Sabil mengatakan‎, kentungan yang diperoleh dari pengolahan raw sugar atau gula mentah tersebut selain untuk menutup kapasitas produksi yang tidak terpakai (idle capacity) juga bisa digunakan untuk membeli tebu petani dan merevitalisasi mesin sehingga tingkat rendemen bisa lebih tinggi.

Menurut dia, alasan pemerintah memberikan penugasan ke swasta dengan dalih lebih efisien dan mesin lebih moderen dinilai mengada-ada dan hanya dijadikan pembenaran agar impor jatuh ke pihak swasta. 

Padahal setelah revitalisasi, sejumlah pabrik gula pemerintah telah dimodernisasi sehingga dipastikan mampu berkompetisi dengan pabrik gula swasta. 

"Sejumlah pabrik gula BUMN tutup karena kekurangan bahan baku. Kondisi idle capacity ini bisa diatasi dengan mengolah raw sugar sehingga pabrik gula BUMN bisa kembali beroperasi," ujar dia di Jakarta, Sabtu (29/6/2019).

Penurunan pasokan tebu antara lain diakibatkan penyempitan lahan tebu dan semakin menurunnya minat petani menanam tebu akibat harga tebu semakin murah.

Kondisi tersebut makin diperparah dengan ketidak mampuan petani membeli pupuk dan mengatasi biaya pengolahan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Respons PTPN

Geliat Petani Tebu di Tengah Ekspansi Gula Impor
Aktivitas petani tebu di Desa Betet, Pesantren, Kediri, Jatim pada akhir September lalu. Bulog hanya membeli sekitar 100 ribu ton, sehingga sebagian petani terpaksa menjual gula dengan harga di bawah Rp 9.000 per Kg. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Kesiapan menerima penugasan impor juga diutarakan oleh Direktur Utama PTPN IX Iryanto Hutagaol. PTPN yang memiliki pabrik tebu mampu mengolah sekitar 500 ribu ton dalam satu musim giling.

Sementara itu, Dirut PTPN X Dwi Satrio menegaskan, PTPN X saat ini sudah menerapkan industri terintegrasi berbasis tebu. Produknya bukan hanya gula namun  produk lain seperti bio mass,  bio etanol. 

"Tidak benar jika pabrik gula PTPN disebut tidak efisien dan teknologinya ketinggalan zaman," tandas dia.

 

Harapan Petani Tebu untuk Periode Kedua Pemerintahan Jokowi

Geliat Petani Tebu di Tengah Ekspansi Gula Impor
Aktivitas petani tebu di Desa Betet, Jatim September lalu. Rembesan gula rafinasi tahun 2018 sebesar 800 ribu ton, produksi gula konsumsi tahun 2018 sebesar 2,1 juta ton, impor gula konsumsi tahun 2018 sebanyak 1,2 juta ton. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, Petani tebu menyampaikan harapan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan kembali memimpin lima tahun mendatang.

Salah satu harapan yang disampaikan agar Jokowi dapat memerhatikan kebutuhan para petani.

Ketua Umum Dewan Pembina DPP Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), HM Arum Sabil mengatakan, sejauh ini para petani tebu mengalami beberapa kesulitan. Mulai dari mengakses permodalan hingga minimnya varietas tebu unggul. 

"Mereka harusnya diberikan kemudahan untuk bisa mengakses pendanaan, varietas yang unggul," kata dia, dalam diskusi di Jakarta, Jumat, 28 Juni 2019.

Selain itu, infrastruktur yang mendukung sektor pertanian khususnya tebu diharapkan dapat ditingkatkan. "Irigasi diperbaiki, itu harusnya hal-hal yang dipersiapkan dengan baik," ujar dia.

"Belum lagi ketika sudah panen, petani tidak memiliki kepastian. Ini yang pada akhirnya membuat petani frustasi," imbuhnya.

Atas dasar itu, dia berharap nantinya Jokowi dapat melakukan berbagai kebijakan yang mendukung tumbuh kembang pertanian tebu dalam. Selain itu, memilih para 'pembantu' alias menteri yang mampu menjalankan ide-ide presiden demi kepentingan masyarakat.

"Saya berharap Pak Jokowi nantinya akan bisa mengangkat menteri-menteri yang dalam mengambil kebijakan adalah Menteri yang benar-benar bisa melakukan kebijakan yang memang untuk kepentingan rakyat," tandasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya