Pasokan Listrik Jawa Bali Bakal Bertambah 2.000 MW

PLN memastikan pasokan listrik Jawa Bali akan bertambah 2 ribu Mega Watt (MW) seiring dengan beroperasinya PLTU Jawa 7

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 05 Jul 2019, 16:15 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2019, 16:15 WIB
20151217-Sistem-Kelistrikan-Jakarta-AY
Pekerja tengah memasang Trafo IBT 500,000 Kilo Volt di Gardu induk PLN Balaraja, Banten, Kamis (16/12). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta PT PLN (Persero) memastikan pasokan listrik Jawa Bali akan bertambah 2 ribu Mega Watt (MW). Ini seiring dengan beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa 7 berkapasitas 2x1000 MW mulai Oktober 2019. Saat ini Pembangunan Pembangkit tersebut sedang dikebut.

Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Barat PLN Haryanto W.S mengatakan, PLTU Jawa 7 yang rencananya akan mulai beroperasi secara komersial untuk mendukung pasokan sistem Jawa - Bali pada Oktober 2019 untuk unit pertama dan April 2020 untuk unit ke dua.

“PLTU Jawa 7 merupakan bagian dari perwujudan nyata program pemerintah dalam pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 35 ribu MW, kita harapkan pengoperasian PLTU Jawa 7 akan menjadi kado bagi masyarakat Indonesia,” Kata Haryanto, di Jakarta, Jumat (5/7/2019).

Haryanto melanjutkan, salah satu rangkai pengoperasian PLTU Jawa 7 adalah peresmian terminal batubara. Infrastruktur ini menjadi titik krusial dalam percepatan pembangunan PLTU Jawa 7.

“Dengan adanya terminal batubara ini, maka dapat segera dilakukan berbagai rangkaian performance tes seperti Realibility Run Test, Boiler Test hingga mendapat Sertifikat Laik Operasi (SLO), sehingga mempercepat proses menuju COD," jelas Haryanto.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

PLTU Batu Bara Terbesar

PLTU Paiton
PT Pembangkitan Jawa Bali mencetak sejarah dengan menyabet Proper Emas untuk pengelolaan PLTU Paiton unit 1 dan 2 di Probolinggo, Jawa Timur.

PLTU Jawa 7 akan menjadi PLTU Batubara terbesar dan pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi boiler Ultra Super Critical (USC), dengan bahan bakar batu bara Low Rank yang memiliki nilai kalor 4000 hingga 4600 kCal per kg, dengan mengkonsumsi sekitar 7 juta ton per tahun bila sudah beroperasi 2 unit.

Teknologi USC dapat meningkatkan efisiensi pembangkit 15 persen lebih tinggi dibandingkan non USC sehingga menurunkan biaya bahan bakar per kWh. Selain itu, PLTU Jawa 7 dalam operasinya menggunakan Sea Water Fuel Gas Desulfurization (SWFGD), sehingga sangat ramah lingkungan karena penyaluran batubara dari tongkang, menggunakan coal handling plant sepanjang 4km sehingga tidak ada batubara yang tercecer hingga coal yard.

PLTU Jawa 7 resmi dimulai Pembangunan fisiknya pada 5 Agustus 2017 oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), hingga saat ini progress pembangunan pembangkit unit 1 mencapai 99,08 persen per Mei 2019. Nantinya daya pembangkit akan disalurkan untuk memperkuat sistem interkoneksi Jawa-Bali melalui jaringan Suralaya-Balaraja 500 kV.

Diharapkan segala proses pembangunan PLTU Jawa 7 kedepannya dapat berjalan lancar sehingga mendukung PLN dalam memenuhi kebutuhan listrik pelanggan sekaligus menopang pertumbuhan ekonomi nasional.

PLTU Skala Besar Beroperasi, Tarif Listrik Bisa Turun

20150812-Pasukan Elite PLN-Jakarta
Ilustrasi sutet listrik.

PT PLN (Persero) memperkirakan tarif listrik akan mengalami penurunan tahun depan. Penurunan tersebut dengan beroperasinya beberapa Pembangkit Listrik ‎Tenaga Uap (PLTU).

Pelaksana Tugas Direktur Utama PLN Djoko Abumanan mengatakan, PLTU yang merupakan bagian dari program 35 ribu MW berkapasitas besar akan banyak yang beroperasi pada tahun depan. Hal ini akan menurunkan Biaya Pokok Produksi (BPP) listrik yang berdampak pada penurunan tarif listrik.

"Kalau 35 ribu MW sudah masuk maka turun kan (tarif). Bisa murah karena banyak PLTU," kata Djoko, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (27/6/2019).

Untuk diketahui,‎ biaya pokok produksi PLTU saat ini berada di USD 6 sen, jauh lebih murah ketimbang pembangkit jenis lain. Dengan kehandiran PLTU dapat menurunkan rata-rata biaya produksi listrik.

Djoko mengungkapkan, agar biaya produksi listrik tetap murah maka ‎harga batu bara harus ada kebijakan harga khusus untuk sektor kelistrikan. Saat ini, pemerintah sudah menetapkan harga patokan tertinggi batu bara khusus untuk kelistrikan sebesar USD 70 per ton.

Namun kebijakan itu hanya berlaku sampai akhir 2019. Oleh karena itu, Djoko pun menginginkan, kebijakan tersebut tetap berlaku pada 2020, sehingga tarif listrik tetap terjangkau masyarakat.

Saat ini PLN dan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM‎) sedang membahas agar harga patokan tertinggi batubara sebesar USD 70 per ton tetap berlaku tahun depan.

"Lagi dibahas, kita habis tahun ini, kita minta teruslah atau suruh cabut biar harga di rakyat," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya