Produk Plastik RI Mampu Bersaing dengan Barang Impor

Kementerian Perindustrian menyebut daya saing industri plastik dan karet menjadi kontributor penggerak perekonomian nasional.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Jul 2019, 19:00 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2019, 19:00 WIB
Keren, Ini Inovasi yang Dapat Menyelamatkan Bumi Kita
(Foto: Industri Bisnis) Buatan Indonesia, kantung plastik Avani ramah lingkungan.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memacu daya saing industri plastik dan karet karena menjadi kontributor penggerak perekonomian nasional. Sebab, industri plastik dan karet merupakan sektor yang mendapatkan prioritas pengembangan sesuai Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035.

"Industri plastik dan karet merupakan dua sektor yang strategis dengan karakteristik yang berbeda. Keduanya merupakan industri vital dengan ruang lingkup hulu hingga hilir, memiliki variasi produk yang sangat luas, serta selalu dibutuhkan oleh sektor industri lainnya sehingga masih potensial dikembangkan," kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono, dalam keterangan tertulis, Selasa (9/7).

Sigit menuturkan, selama ini industri plastik dan karet di dalam negeri telah mampu berproduksi dengan kualitas yang baik sesuai standar sehingga mampu bersaing dengan produk impor. Produk dari kedua sektor tersebut juga memiliki tingkat konsumsi yang masih tinggi.

"Aplikasi kedua produk itu sangat luas untuk sektor industri lain, seperti industri kemasan untuk makanan dan kosmetik, elektronik, otomotif, dan industri lainnya. Maka itu, dalam pameran ini, kami pertunjukkan kemampuan teknologi yang sudah dikuasai kedua sektor ini," ungkapnya.

Sementara itu, dalam upaya pengembangan industri karet, pemerintah mendorong agar sektor tersebut bisa lebih maju lagi dan mampu menyerap bahan baku karet dalam negeri yang melimpah dengan maksimal. Indonesia merupakan salah satu negara utama penghasil karet alam dengan produksi melebihi 3,7 juta ton per tahun.

"Untuk itu, Kemenperin gencar mendorong transformasi dan penguatan komoditas karet dengan memperluas produksi karet di hilir," ujar Sigit.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bahan Baku Karet

Industri Karet Alam Kembali Sumringah Tahun Depan
Prospek cerah bagi industri dipicu kenaikan permintaan China yang telah terjadi sejak tahun ini.

Kemenperin pun terus berupaya meningkatkan penyerapan bahan baku karet melalui teknologi aspal karet dengan menggandeng Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) guna mendorong penggunaan aspal karet di jalan tol seluruh Indonesia. Dengan terobosan tersebut, 7 persen dari kebutuhan aspal di dalam negeri sebesar 1,6 juta ton bisa disubstitusi dengan karet alam, imbuhnya.

Di samping itu, intensifikasi maupun ekstensifikasi eskpor barang karet akan dilakukan dengan menciptakan cabang-cabang industri baru, seperti industri ban pesawat dan vulkanisir pesawat terbang yang berpotensi menyerap karet alam dan menghasilkan devisa nasional serta menerapkan teknoligi industri 4.0.

"Untuk mendorong transformasi tersebut, pemerintah telah menyiapkan berbagai macam kebijakan berupa berbagai macam insentif bagi industri," jelas Sigit.

Sigit menyebutkan, saat ini industri plastik dan karet menunjukkan kinerja yang positif secara konsisten. Sepanjang tahun 2018, industri plastik dan karet tumbuh sebesar 6,92 persen, meningkat dari pertumbuhan taun 2017 yang sebesar 2,47 persen. Ini merupakan pertumbuhan yang cukup menggembirakan karena di atas pertumbuhan ekonomi.

 

Kontribusi ke Produk Domestik Bruto

Tiga Negara Produsen Berkongsi Perbaiki Harga Karet
Produksi Indonesia yang tahun ini sekitar 3,1 juta ton juga akan mempengaruhi stok karet alam global.

Dia menambahkan, industri plastik dan karet juga memberikan kontribusi siginifkan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas. Pada tahun 2018, menyumbang sebesar Rp 92,6 triliun atau 3,5 persen lebih tinggi dibandingkan tahun 2017. Kondisi tersebut terus meningkat selama lima tahun terakhir.

"Kami harapkan dalam tahun-tahun mendatang sektor ini bisa semakin diperkuat. Untuk industri plastik, sudah ada beberapa industri berkomitmen untuk berinvestasi dalam produksi ethylene cracker, yang merupakan bahan baku yang dibutuhkan untuk sektor industri plastik," ungkapnya.

Dengan adanya tambahan investasi tersebut, diharapkan dalam lima tahun mendatang dapat tercapai substitusi bahan baku untuk plastik hingga 50 persen. "Kami harapkan pula para pelaku industri mampu berkontribusi lebih banyak dalam penguatan industri plastik di dalam negeri," ujarnya.

Sementara Direktur Industri Kimia Hilir dan Farmasi Kemenperin Taufiek Bawazier menyebutkan, jumlah industri plastik saat ini mencapai 925 perusahaan dengan kemampuan memproduksi berbagai macam produk plastik dan menyerap 37.327 tenaga kerja. Total produksi sektor ini pada tahun 2018 mencapai 7,23 juta ton.

"Sementara itu, permintaan produk plastik meningkat rata-rata sebesar 5 persen dalam lima tahun terakhir," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya