Liputan6.com, Berlin - Presiden Bank Sentral Eropa, Mario Draghi, menyebut ancaman resesi di Uni Eropa, meski masih terbilang rendah. Pada saat yang sama, kekayaan para orang terkaya Jerman justru tercatat naik hingga menembus 1.000 euro.
Kekayaan 1.000 terkaya di Jerman naik 3,3 persen tahun ini menjadi 1.053 euro atau Rp 15.439 triliun (euro = Rp 15.349). Jumlah miliarder di Jerman bertambah 31 orang, demikian laporan Xinhua yang melansir majalah bisnis Bilanz.
Advertisement
Baca Juga
Orang terkaya di Jerman adalah Dieter Schwarz yang merupakan pendiri jaringan supermarket Lidl dan Kaufland. Kekayaannya tercatat sebesar 41,5 miliar euro (Rpp 643,1 triliun).
Schwarz Group, induk Lidl dan Kaufland, memiliki penjualan hingga 104,3 miliar euro (Rp 1.616 triliun). Schwarz Group pun menjadi bisnis keluarga terbesar di Jerman sekaligus perusahaan ritel terbesar di Eropa.
Keluarga terkaya selanjutnya di Jerman adalah keluarga Theo ALbrecht Jr. yang juga bergerak di sektor ritel melalui Aldi Nord, lalu ada keluarga Wolfgang Porsche yang punya saham di Volkswagen. Kedua keluarga ini memiliki kekayaan hingga 18 miliar euro (Rp 279 triliun).
Penyebaran harta di Jerman juga belum merata. Kebanyakan asetnya tersebat di wilayah North Rhine-Westphalia di Jerman barat, kemudian disusul Bavaria dan Baden-Wuerttemberg di Jerman selatan. Sementara, wilayah Jerman timur masih minim aset finansial.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Sukses di Jerman, BJ Habibie Pilih Pulang ke Indonesia
Presiden Republik Indonesia ke-3 BJ Habibie menghembuskan napas terakhirnya pada usia 83 tahun. Ia berjasa besar dalam membangun fondasi industri penerbangan modern di Indonesia hingga saat ini.
Pengamat menyebut BJ Habibie adalah sosok yang berani melontarkan ide baru. Dulu, Indonesia masih berbasis pada pertanian dan didorong oleh Habibie agar mengembangkan industri penerbangan. Bahkan, Habibie rela meninggalkan karier cemerlang di Jerman demi hal tersebut.Â
"Beliau membangun fondasi industri penerbangan secara modern tahun pada 1975-1976. Itu fondasi untuk sampai sekarang, bahkan beliau itu sampai mau meninggalkan kantor beliau di Jerman. Beliau kan sebagai insinyur penerbangan yang bekerja di MBB atau Messerschmitt-Bölkow-Blohm," ujar pengamat penerbangan dari Arista Indonesia Aviation Center (AIAC), Arista Atmadjati, ketika berbincang dengan Liputan6.com, Rabu (11/9/2019).
Di Jerman, BJ Habibie juga sudah punya nama julukan berkat spesialisasinya, yakni Mr. Crack. Julukan itu didapat karena Habibie jago mendeteksi keretakan pada pesawat.
Arista menyebut Habibie sebagai sosok yang punya passion besar pada dunia teknologi. "Dalam pemikiran beliau selalu hanya untuk ilmu, ilmu, ilmu, terutama penerbangan," kenang Arista.
Sumbangsih Habibie di dunia penerbangan pun kini dilanjutkan oleh putranya, Ilham. Bila dulu Habibie membangun turbo propeller, kini putranya membangun R80 yang merupakan jet.
Hal lain yang Arista kagumi dari BJ Habibie adalah ide-idenya yang out-of-the-box. Ketika Habibie ingin memajukan dunia penerbangan Indonesia, negara-negara tetangga pun belum berani melakukan hal serupa.
"Beliau pernah mencanangkan untuk melompat dari industri pertanian ke industri penerbangan. Itu enggak mudah pada era tahun 93-95 itu mau lompat dari pertanian ke industri. Itu enggak mudah, tapi itulah yang saya sebut ide brilian dari beliau," ucap Arista.
Advertisement
Jejak BJ Habibie di Jerman Sebelum Meninggal Dunia, Dijuluki Mr Crack
Rakyat Indonesia kehilangan Presiden ke-3 Indonesia BJ Habibie yang meninggal dunia pada pukul 18.05 WIB, Rabu (11/9/2019). BJ Habibie menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia 83 tahun di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.
BJ Habibie menyelesaikan gelar S3 dengan nilai rata-rata 10, di Rheinisc Westfälische Technische Hochschule (RWTH) Aachen, universitas teknik terbaik di Jerman.Â
Di lingkungan ahli aeronautic, aerospace, industri pesawat, dan ilmuwan internasional, BJ Habibie dijuluki Mr Crack. Julukan itu merupakan penghormatan para ahli atas temuannya yang dapat menghitung "crack propagation on random" sampai ke atom-atomnya, yang menjadi penyebab keretakan di badan, terutama sayap pesawat.
Temuannya itu berawal dari jatuhnya pesawat Fokker 28 dan pesawat tempur Jerman, Starfighter F-104 G. Kasus itu menimbulkan kehebohan karena tak ada yang tahu penyebabnya.
Departemen Pertahanan Jerman kala itu menantang para ahli mencari penyebabnya. BJ Habibie yang saat itu bekerja di perusahaan penerbangan Hamburger Flugzeugbau (HFB), Jerman, berhasil menemukan penyebabnya.