Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani mewaspadai dampak serangan drone yang menghantam kilang minyak di Arab Saudi akhir pekan lalu. Serangan tersebut membuat Arab terpaksa kehilangan pasokan minyak cukup banyak.
"Seperti yang saya sampaikan di dalam menjalankan mengelola ekonmi banyak sekali faktor-faktor yang selalu muncul ketidakpastian. Geopolitik dan terutama politik global banyak menimbulkan munculnya ketidakpastian," kata dia, saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (16/9).
Baca Juga
Shin Tae-yong Beber Alasan Ubah Formasi saat Timnas Indonesia vs Arab Saudi di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Bawa Timnas Indonesia Hajar Arab Saudi, Shin Tae-yong Apresiasi Kerja Keras Pemain dan Suporter
Timnas Indonesia Menang Lawan Arab Saudi, Erick Thohir: Berkat Introspeksi Pemain dan Shin Tae-yong
Insiden yang membuat 50 persen pasokan minyak negara tersebut terhenti itu mau tak mau berdampak pada harga minyak dunia. Mengutip Reuters, Senin (16/09/2019), harga minyak sempat melonjak belasan persen, bahkan mencapai titik tertinggi sejak Mei.
Advertisement
"Kalau kita lihat sisi minyak ini preseden yang belu. pernah terjadi ini menimbulkan dampak vurnalbilitas dari munculnya serangan tersebut. kalau dilihat jumlah konsekuensi, dari jumlah yang bisa disuplai dari Saudi ya dan mereka suplai ke seluruh dunia. Jadi pasti kalau 50 persen dicut atau terhenti, maka yang muncul adalah berapa banyak yang suplai minyak apa bisa disuplai oleh cadangan minyak mereka," terang Sri Mulyani.
Dilaporkan, harga minyak jenis Brent berjangka sempat naik hingga 19 persen menjadi USD 71,95 per barel, tertinggi sejak 14 Januari 1991. Sedangkan untuk harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) sempat naik 15 persen ke level tertinggi di angka USD 63,34 per barel, tertinggi sejak 22 Juni 1998.
Hingga pukul 09.40 waktu setempat, harga minyak Brent berada di posisi USD 65,77 per barel, naik 8,4 persen dari posisi sebelumnya.
Begitu pula dengan harga minyak mentah WTI yang melonjak ke posisi USD 59,54, naik 7,88 persen dari posisi sebelumnya.
"Jadi disrupstion ini akan menimbulan kenaikan (harga) dan sudah terlihat dari harga minyak sekarang meningkat hanya waktu sehari. Kita akan lihat apakah dampaknya akan permanen atau hanya sebatas singkat," tutupnya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pengaruh ke Neraca Dagang RI
Kekhawatiran serupa juga diamini oleh Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, Suahasil Nazara. Sebab sebagian besar suplai minyak RI berasal dari Arab. Sehingga otomatis insiden tersebut akan berpengaruh terhadap neraca dagang RI.
"Itu mesti kita waspadai betul karena sebagian suplai minyak kita dari sana. Saya yakin pemerintah Arab Saudi punya contingency plan. Kita rasa akan berdampak ke harga, kemungkinan ada. Kita perlu cek dulu situasi yang dihadapi oleh Arab," ujarnya.
Secara kronologis, drone yang menyerang fasilitas pengolahan minyak bumi Arab Saudi di Abqaiq dan Khurais tersebut berdampak pada pasokan minyak dunia. Sebanyak 5 persen jatah minyak dunia ludes akibat serangan pada Sabtu (14/09/2019) kemarin.
Kelompok Houthi dari Iran mengklaim bertanggung jawab atas insiden tersebut, meski sempat ada bantahan dari Iran sendiri.
Â
Advertisement
Produksi Terpangkas
Akibatnya, produksi minyak di Arab Saudi akan terpangkas sekitar 5,7 juta barel perhari, kira-kira 50 persen dari produksi secara keseluruhan.
Imbas dari insiden ini tentu akan terasa ke negara Asia yang bergantung pada minyak Saudi seperti Jepang, China, Korea Selatan, India dan Filipina. Harga energi dan bahan baku akan naik berkali-kali lipat.
Sementara, sebuah sumber menyatakan pemulihan kejadian ini akan memakan waktu berminggu-minggu