Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Rabu ini. Namun potensi apresiasi masih terbuka lebar.
Mengutip Bloomberg, Rabu (11/12/2019), rupiah dibuka di angka 14.015 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.019 per dolar AS. menjelang siang rupiah tertekan hingga ke level 14.038 per dolar AS.
Baca Juga
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.015 per dolar AS hingga 14.038 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun , rupiah masih mampu menguat 2,45 persen.
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.025 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.004 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah diperkirakan kembali terapresiasi. "Dalam perdagangan hari ini rupiah kemungkinan akan menguat terbatas," kata Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dikutip dari Antara.
Dari eksternal, pejabat China mengharapkan Presiden AS Donald Trump untuk menunda kenaikan tarif yang terancam ditetapkan pada hari Minggu (15/12), sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk menegosiasikan kesepakatan perdagangan antara kedua pihak.
AS sendiri telah menambah tarif bea masuk 25 persen untuk produk-produk China senilai USD 250 miliar dan 15 persen retribusi atas impor China senilai USD 110 miliar selama perang dagang yang sudah berlangsung sekitar 20 bulan.
Rencananya tarif baru akan mulai berlaku pada 15 Desember terhadap produk-produl impor dari China senilai 160 miliar dolar AS termasuk barang-barang konsumen seperti smartphone dan mainan.
Di luar pembahasan tarif, masalah yang diperdebatkan dalam pembicaraan saat ini adalah desakan AS bahwa China harus melakukan peningkatan pembelian pertanian, yang disebut Trump sebagai komponen terbesar dari kesepakatan fase satu.
Ibrahim memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran 13.985 per dolar AS hingga 14.045 per dolar AS.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Chatib Basri Prediksi Rupiah Stabil di 2020
Mantan Menteri Keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Muhammad Chatib Basri memprediksi rupiah akan stabil di tahun 2020. Namun di tahun selanjutnya, rupiah akan mengalami gejolak.
Chatib menjelaskan hal itu karena The Fed atau bank sentral Amerika Serikat (AS) yang dipastikan akan kembali mengerek suku bunga acuannya di 2021.
BACA JUGA
Dia mengungkapkan hal itu itu berdasarkan hasil survei dari anggota rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang menyebut jika tingkat suku bunga The Fed masih akan datar (flat) pada 2019-2020. Namun, pada 2021-2022 hasil survei menunjukkan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya di 2021.
"Berarti rupiah akan stabil di 2019-2020 dan bahwa mungkin rupiah akan bergejolak di 2021-2022," kata dia, di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Selasa (10/12).
Hal itu, kata dia, otomatis akan menggoyang kebijakan di emerging market atau negara berkembang termasuk Indonesia. Sebab saat The Fed menurunkan suku bunga acuannya, arus modal akan mengalir ke emerging market. Namun ketika mereka menaikkan suku bunga acuannya maka modal tersebut akan keluar dari emerging market dan beramai-ramai masuk ke AS.
"Jika itu kondisi yang ada maka mungkin kita akan punya gambaran rupiah yang relatif stabil di tahun ini dan tahun depan sekitar Rp14.500 atau dalam rentang dalam asumsi pemerintah," jelasnya.
Advertisement