Liputan6.com, Jakarta - Akibat luapan air hujan yang deras di derah kota Jakarta dan sekitarnya, sejumlah armada taksi blue bird terendam banjir, yang menyebabkannya tidak beroperasi.
Direktur Marketing PT Blue Bird, Amelia Nasution, mengatakan pelayanan Blue Bird saat ini terbatas, pihaknya hanya melayani melalui pool-pool yang tidak terdampak banjir, hingga batas yang tidak ditentukan.
Advertisement
Baca Juga
Sebelumnya, belasan hingga puluhan mobil taksi di lokasi pul Blue Bird Kramat Jati, belakang Pasar Hek, Jalan Pondok Gede, Jakarta Timur, terendam banjir.
Ia juga membenarkan jika beberapa pul dari Blue Bird Group, mengalami kebanjiran akibat dari luapan air deras yang mengguyur Kota Jakarta dan sekitarnya Rabu, 1 Januari 2020.
Dia mengaku jika hingga saat ini, pihaknya fokus melakukan evakuasi dan pendataan terhadap unit operasional yang terdampak dari banjir ini.
Di kesempatan yang sama, Asisten Manager Komunikasi Blue Bird Steven Sanjaya mengatakan hingga saat ini masih melakukan inventarisasi terkait kerugian yang dialami Blue Bird akibat banjir, Jakarta, Kamis (2/1/2020).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Aktivitas Ekonomi Jakarta Terganggu Gara-gara Banjir
Ekonom sekaligus Direktur Riset Center of Reforms on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, peristiwa banjir di Jakarta jelas merugikan setiap orang, baik aktivitas perusahaan, aktivitas pegawai, pedagang dan lainnya yang terkena langsung dengan banjir.Â
"Kalau seperti perusahaan itu kemasukan banjir, kemudian barang-barangnya mengalami kerusakan, mungkin itu bisa ditangani oleh pihak asuransi. Tapi terlepas dari asuransi itu, kegiatan aktivitas ekonomi yang lebih berdampak negatif terhadap perusahaan, perusahaan jadi tidak bisa beraktivitas, tidak bisa berproduksi, tidak bisa melakukan penjualan," Kata Piter kepada Liputan6.com, Kamis (2/1/2020).
Menurut dia, banjir menyebabkan perusahaan-perusahaan alami kerugian. Ia menyebut sebagai contoh, yakni perusahaan ritel yang tidak bisa beroperasi, dan aktivitas jual belinya terganggu.Â
"Jadi kalau seandainya perusahaan begitu dia tidak beroperasi itu rugi namanya idle capasity," jelasnya.
Idle capasity adalah suatu kapasitas produk yang tidak terpakai atau kapasitas produk yang menganggur.
Kendati begitu, ia mengatakan tidak ada antisipasi yang bisa dilakukan bagi perusahaan. Menurutnya bagi yang terkena banjir secara langsung atau tidak, juga terkena dampak yang sama.
Seperti banyaknya aktivitas masyarakat yang tidak bisa bepergian, atau akses lalu lintas menuju perusahaan tertutup. Hal itulah, yang menyebabkan pegawai-pegawai perusahaan tidak bisa masuk kerja karena terjebak banjir.
Â
Advertisement
Perusahaan Asuransi Juga Rugi
Ia pun mengatakan terkait perusahaan asuransi yang juga mengalami kerugian karena banyak kendaraan yang rusak.Â
"Banjir ini berdampak negatif pada perusahaan, yang terkena banjir, dan juga untuk perusahaan-perusahaan asuransi akan meningkat, meningkatnya asuransi kan merupakan biaya asuransi," ujarnya.
Meskipun begitu, ia berpendapat bahwa dengan adanya asuransi dapat membantu masyarakat untuk mengatasi masalah kendaraan rusak akibat banjir, tapi perusahaan asuransi akan alami kerugian, karena dimungkinkan lonjakan masyarakat yang akan menggunakan jasa asuransi.Â
Selain perusahaan asuransi, perusahaan pengelola jalan tol seperti Jasa Marga juga alami kerugian akibat banjir. Hal ini karena akses tol yang digratiskan.Â
"Ya itu juga mengurangi pendapatan Jasa Marga, Jasa Marga mengalami kerugian, asuransi mengalami kerugian, pabrik-pabrik mengalami kerugian, masyarakat kecil alami kerugian, dan apabila dikumpulkan kerugian akibat banjir ini bisa besar, saya tidak bia menghitung, kalau kita hitung yah pedagang kecil pun warung-warung alami kerugian begitupun dengan perusahaan besar, tol, semuanya rugi," jelasnya.