Bermitra dengan UKM, Sarinah Dapat Untung Rp 80 Miliar per Tahun

Untuk mencapai pasar secara efisien itu, Sarinah tentu melakukan pendampingan bagi pelaku UKM

oleh Tira Santia diperbarui 10 Feb 2020, 16:35 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2020, 16:35 WIB
PT Sarinah perkenalkan produk barunya yang mengangkat rotan sebagai bahan baku utama.
PT Sarinah perkenalkan produk barunya yang mengangkat rotan sebagai bahan baku utama.

Liputan6.com, Jakarta - PT Sarinah (Persero) berkomitmen selain menjadi etalase produk Usaha Kecil Menengah (UKM) juga akan terus meningkatkan ekspor produk UKM. Untuk itu, Sarinah berkolaborasi dengan Kementerian Koperasi dan UKM untuk mencari produk-produk UKM unggulan untuk mengisi seluruh gerai Sarinah dan juga mengisi pasar ekspor.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Utama PT Sarinah (Persero) Gusti Ngurah Putu Sugiarta Yasa, setelah bertemu dengan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, di Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta, Senin (10/2/2020).

Gusti menjelaskan, Sarinah mampu meraup untung dari penjualan produk UMKM. Dalam hitungannya, setiap tahun keuntungan yang diperoleh Sarinah dari UKM hampir Rp 80 miliar.

"Kalau bicara omzet totalnya Sarinah, margin yang kita terima dari UKM kita itu kurang lebih hampir Rp 80 miliar, yang kita terima itu fee-nya rata-rata bagiannya 20 persen. Artinya, kalo kita ngomong nilainya, nilainya tuh kurang lebih kalo nilai akumulasi hampir Rp 400 miliar setahun kita jual produk-produk UKM di Sarinah," ungkapnya.

Menurutnya jumlah tersebut masih kecil, jika dikaitkan produk domestik bruto (PDB) dengan keseluruhan UKM yang ada di Indonesia. Tapi, hal itu tidak melemahkan pihak Sarinah, melainkan pihaknya akan terus berupaya dengan mencoba terus meningkatkan kontribusi Sarinah untuk ke depannya, supaya bisa lebih besar dan go global. Misalnya dengan giat melakukan ekspor produk-produk UKM.

"Kalau kami Sarinah udah lakukan ekspor. Kami yang saat ini rutin, kalo one time expor ini batik ke Asean, khususnya Myanmar dan Thailand. Produk lainnya yang rutin sekarang furniture, kita lakukan ekspor funiture ke Yunani, Spanyol, Jerman, dan Djibouti (Afrika). Kami kemarin dapat buyers dari Tunisia, dan ini kita sedang lakukan ekspor ke Amerika Serikat, dengan terlebih dahulu lakukan evaluasi untuk produk-produknya," ungkapnya.

Sesungguhnya, Gusti mengatakan bahwa kita sebagai warga Indonesia harus bangga terhadap produk dengan merek Sarinah Home, sehingga semakin dikenal dan eksis."Mereka bangga dengan produk rotan kita, misal rotan, dulu rotan batangan dikirim ke luar negeri, sekarang rotannya udah bentuk furniture menarik," katanya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Ekspor

Peragaan Busana Eco Fashion Week 2019
Model peragaan busana di acara Eco Fashion Week Indonesia 2019 5 Desember 2019 di Sarinah, Jakarta. (Liputan6.com/Adhita Diansyavira)

Sementara itu, terkait nilai ekspor dirinya menyebut baru USD 1,5 juta atau belum banyak ekspor yang dilakukan sejauh ini. "Kami di Sarinah mulai lakukan itu baru USD 1,5 juta," ungkapnya.

Tambah Gusti, pihaknya baru mampu mengirim furniture dalam satu kontainer saja, yang di dalamnya sudah penuh dengan berbagai produk UKM. "Ini udah penuh karena ini barang jadi. Kami sekarang lagi coba ajak UKM-UKM kita membangun proses produksi lebih efisien agar satu kontainer bisa muat barang lebih banyak," ujarnya.

Selain itu, Gusti tidak menyebutkan beraoa jumlah dan nilai target ekspor yang hendak di capai, namun yang pasti pihaknya akan mencoba ekspor ke negara yang sebelumnya tidak pernah dilakukan ekspor.

"Insyaallah akan tambah negara, yang belum pernah kami lakukan adalah ke AS. Kami mau masuk ke sana, pertama produk furniture, kedua produk makanan kripik yang diminta atau diminati, serta ketiga produk rempah-rempah khususnya diminati di Eropa. Ini yang belum rutin kita lakukan seperti ke Jerman, kemarin ada dari ITBC Moscow agar bisa ikut pamer dagang di Moscow. Kami sedang pertimbangkan dan berhitung betul, bagaimana mencapai market secara efisien," jelasnya.

Untuk mencapai pasar secara efisien itu, pihaknya tentu melakukan pendampingan bagi pelaku UKM, dengan cara pertama yakni branding, karena produk UKM banyak yang brandingnya belum kuat. Sehingga ada juga yang di bawah asuhan Sarinah, seperti Sarinah Home, fesyen dan produk yang masih dikasih label Sarinah. Namun untuk ke depannya produk UKM bisa memiliki merek sendiri, jika mereka sudah mampu membuatnya.

"Yang kedua link, kami kolaborasi dengan Kementerian perdagangan, ITBC (organisasi kemitraan antara Indonesia dengan entitas bisnis Tanzania), dan kementerian luar negeri lewat atase perdagangan serta source buyer dari sektor private juga, serta melalui website kami," ujarnya.

 

Standar Mutu

Kain Tenun
Kain tenun karya para penenun Nusa Tenggara yang dipamerkan dalam acara Eco Fashion Week 2019, 5 Desember 2019 di Sarinah, Jakarta. (Liputan6.com/Adhita Diansyavira)

Selanjutnya, akan ada standarisasi mutu, didukung dari direktur jenderal perdagangan, pengembangan ekspor nasional, khususnya IDDC, "ini yang merupakan kumpulan desainer muda, produk, yang di Slipi mendukung kami, dan kolaborasi Kemenkop dan UKM, supaya ekspor kualitasnya harus terjaga, kontinyu, kalau tidak orang melihatnya tidak konsisten," ujar Gusti.

Sementara itu, Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM, Victoria Simanungkalit, juga menyambut baik bahwa memang itulah gunanya kolaborasi antara Sarinah dan Kemenkop. "Kementerian mengurus aturan dan kebijakannnya, masalah kualitas, konsistensi, yang akan kami coba kerjakan di sisi produksinya kita butuh mereka kasih informasi pasar, kita mengerjakan dapurnya," ujarnya.

Dengan begitu akan membuat Sarinah menjadi tren produk, karena ke depannya tren-tren yang ada di Sarinah ini retail, dan SMESCO itu katalognya. "Ini yang coba dikolaborasikan sehingga keterbatasan anggaran tak menjadi alasan, dan penghalang memajukan UKM. Sehingga produk lebih cepat dan berkualitas untuk masuk pasar global," pungkasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya