Liputan6.com, Jakarta Menteri BUMN Erick Thohir tampaknya tengah berancang-ancang merombak Sarinah, pusat perbelanjaan milik negara yang telah berusia lebih dari setengah abad.
Rencana ini dicetuskannya pasca mengunjungi Gedung Sarinah di Jakarta pada Jumat (27/12/2019) kemarin. Dari hasil kunjungan kerja tersebut, ia menganggap bisnis Sarinah belum sejalan dengan perubahan zaman, sehingga perlu dilakukan perombakan.
Advertisement
Baca Juga
"Saya berkunjung ke Sarinah kemarin, selain mencari beberapa barang untuk isi kantor, saya ingin melihat langsung proses bisnis dan juga kondisi di Sarinah saat ini. Ternyata memang banyak hal yang harus dibenahi. Pembaharuan perlu dilakukan untuk dapat tetap bersaing, namun denga tidak meniggalkan nilai sejarah dari Sarinah itu sendiri. Siapa yang pernah jalan-jalan ke Sarinah?" tulis Erick Thohir melalui akun resmi Instagram miliknya.Â
Sarinah sendiri merupakan departement store pertama di Indonesia yang didirikan pada 17 Agustus 1962. Nama Sarinah terinspirasi dari sosok Mbok Sarinah, seorang pengasuh Presiden Soekarno.
Dalam perjalanannya, Sarinah bergerak untuk mengembangkan bisnis eceran (ritel) dan mengajak masyarakat kecil sebagai mitra usaha. Hingga saat ini, cukup banyak mitra binaan Sarinah, baik perorangan, perusahaan maupun koperasi.
Namun, seiring perjalanan waktu, perkembangan bisnis Sarinah tampaknya mulai angin-anginan di era digital sekarang ini. Itu terlihat dari kinerja keuangan perusahaan yang naik-turun selama 10 tahun terakhir.
Berdasarkan data laporan tahunan Sarinah yang diambil dari situs sarinah.co,id, realisasi pendapatan atau penjualan bersih perseroan pada 2009 sempat melonjak jadi Rp 419 miliar dari tahun sebelumnya Rp 272 miliar. Angka tersebut selaras dengan pendapatan laba usaha, yang naik dari Rp 13 miliar jadi sekitar Rp 23 miliar.
Kinerja keuangan Sarinah mulai goyah pada 2010, dimana realisasi pendapatannya turun drastis jadi Rp 236 miliar. Begitu juga dengan laba usaha, yang drop menjadi hanya Rp 5 miliar.
Â
Â
Naik Turun
Kondisi keuangan naik-turun ini konstan terjadi selama 4 tahun ke depannya hingga 2014. Bahkan di tahun tersebut, kinerja keuangan Sarinah merosot beruntun pada satu periode setelahnya di 2015. Adapun realisasi pendapatan perusahaan terpangkas dari Rp 300 miliar (2014) jadi Rp 290 miliar (2015).
Angin segar mulai menerpa ketika memasuki 2016, dimana penjualan bersih Sarinah meningkat hingga Rp 309 miliar. Tren positif itu berlanjut pada 2017, yang naik menjadi Rp 320 miliar.
Bahkan, di 2018, penjualan bersih Sarinah melonjak tajam hingga 156 persen menjadi Rp 822 miliar. Peningkatan itu diikuti dengan naiknya laba usaha sekitar dua kali lipat, dari Rp 13 miliar jadi Rp 27 miliar.
Untuk di tahun ini, Sarinah juga mematok target kenaikan pendapatan sampai Rp 892 miliar. Apakah tren positif dalam 3 tahun ke belakang masih dapat terealisasikan di tahun ini? Kita tunggu saja.
Advertisement