Angka Kelahiran di 2021 Diprediksi Melonjak Tajam Akibat Corona

Saat ini akan muncul angka kehamilan yang tidak diinginkan selama 5 bulan berjalan.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Mei 2020, 20:00 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2020, 20:00 WIB
Menteri Lingkungan Jepang Ambil Cuti Melahirkan, Akankah Diikuti Para Bapak?
Ilustrasi cuti melahirkan ayah. (dok. Foto Myriam Zilles/Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Dewan Pakar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Abidinsyah Siregar pandemi Covid-19 dapat menimbulkan peningkatan angka kelahiran pada tahun 2021. Sebab, dalam kondisi saat ini akan muncul angka kehamilan yang tidak diinginkan selama 5 bulan berjalan.

"Angka kelahiran dan angka kehamilan yang tidak diinginkan selama 5 bulan yang berjalan bisa meningkat 100-200 persen," kata Abidinsyah dalam diskusi virtual di Jakarta, Sabtu (16/5).

Dalam kondisi normal, angka kelahiran 5 juta per tahun sudah menjadi beban negara. Jika terjadi peningkatan angka kehamilan dalam kondisi saat ini maka akan ada lonjakan penduduk di masa yang akan datang.

"Kita bicara ini satu generasi yang kalau tidak diperhatikan akan menimbulkan masalah baru bagi negara," kata dia.

Permasalahan ini akan berdampak pada satu generasi. Virus asal Wuhan-China ini bukan sekedar penyakit biasa. Melainkan bisa mematikan produktivitas seseorang sampai 14 hari.

Belum ada juga yang bisa mematikan kapan pandemi ini berakhir. Bahkan yang ditakutkan virus ini menjadi endemik karena telah bermutasi setelah sekian lama. Akibatnya produktivitas akan terganggu.

"Ini takutnya jadi endemik, menghabiskan hari produksi kita karena harus diisolasi," kata Abidinsyah.

Apalagi yang rentan terpapar adalah mereka yang memiliki mobilitas tinggi. Kalau para pekerja ini terpapar, maka bisa berakibat pada gelombang PHK perusahaan.

Usia Lanjut

Ilustrasi Orang Tua
Ilustrasi orang tua (dok. Pixabay.com/pasja1000/Putu Elmira)

Masih dari aspek kesehatan, Abidinsyah menyebut jumlah orang yang berusia lanjut saat ini tidak sedikit. Adanya Covid-19 membuat mereka kesulitan mengakses fasilitas kesehatan.

Tidak sedikit dari mereka yang tidak bisa memeriksakan kesehatannya karena khawatir keluar rumah dan terpapar virus corona. Akibatnya, terjadi penurunan kesehatan secara serentak karena aksesnya terputus.

"Ketika kebutuhan obat dan dokter turun dan kualitas kesehatan secara masal turun, maka defisit anggaran bisa meledak," kata dia.

Sehingga jumlah kelompok masyarakat yang tidak berdata ikut meningkat. Apalagi dari aspek bantuan sosial yang diberikan pemerintah hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam jangka pendek.

"Bantuan sosial itu akan segera habis, pasti habis, kalau tidak dikasih ribut," kata dia.

Intinya kata Abidinsyah, pandemi kesehatan ini sangat memberikan dampak yang kompleks. Tak terkecuali aspek perekonomian.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya